Foto: Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani (nomer dua dari kiri)
Kabarjagad, Gresik – Kabupaten Gresik kembali mencatat sejarah penting di dunia seni rupa. Pada Minggu (24/8/2025), rangkaian Biennale Jatim XI resmi dibuka sebagai pameran seni rupa dua tahunan terbesar di Jawa Timur.
Acara bergengsi ini digelar oleh Yayasan Biennale Jatim dengan dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Gresik.
Pembukaan berlangsung meriah dengan kehadiran tokoh-tokoh nasional dan daerah, di antaranya Direktur Jenderal Pengembangan Pemanfaatan dan Pembinaan Kebudayaan RI Ahmad Mahendra, perwakilan Dinas Pariwisata Jawa Timur Evy, Kepala BP3 Wilayah 11 Endah Budi Heryani, Ketua Dewan Kebudayaan Gresik Irfan Akbar, serta puluhan seniman, budayawan, dan kurator dari dalam maupun luar negeri.
Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani, menyampaikan apresiasi mendalam atas terpilihnya Gresik sebagai tuan rumah. Menurutnya, gelaran ini bukan hanya menambah ruang ekspresi seni, tetapi juga memperkuat identitas budaya lokal yang mendunia.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah menghadirkan acara ini. Karya-karya yang ditampilkan sungguh luar biasa. Kini, Gresik tidak hanya dikenal sebagai kota industri dan sejarah, tetapi juga tanah lahir seniman yang bisa tampil di panggung global,” ujar Bupati Yani.
Ia menegaskan, seni dan budaya adalah soft power yang mampu mengangkat citra daerah sekaligus membangun jembatan antarbangsa.
“Sejak dahulu, Gresik sudah menjadi pintu perdagangan internasional. Saya berharap para seniman bisa menangkap nilai-nilai warisan ini dan mengolahnya dalam karya. Mari kita jadikan Gresik sebagai kota penuh peradaban,” imbuhnya.
Tahun ini, Biennale Jatim XI mengusung tema “Menyongsong Hantu Laut”. Tema tersebut merupakan refleksi atas tantangan zaman, terutama di kawasan pesisir. Istilah “hantu laut” menjadi simbol dari ketidakpastian, krisis ekologi, hingga perubahan sosial budaya yang kini melanda.
Salah satu kebanggaan tersendiri, seniman muda asal Gresik, Fatwa Amalia, terpilih menjadi partisipan utama. Ia bersanding dengan nama-nama besar internasional, seperti Lisette Ross (Amsterdam), Satsuki Imai (Tokyo), Ryuichi Sakazaki (Fukuoka), Terae Keiichiro (Seoul), Artcom (Kazakhstan), Dam-Dam Collective (Amsterdam), hingga Yawen Fu (Taiwan/Amsterdam).
Kehadiran para seniman lintas negara ini diharapkan menjadi pintu kolaborasi global sekaligus memperkuat posisi Jawa Timur, khususnya Gresik, sebagai episentrum pertumbuhan seni rupa di Indonesia.
Biennale Jatim XI bukan hanya sekadar pameran seni, melainkan juga ruang dialog budaya yang mampu menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan melalui bahasa visual. (aj)