Kolase kegiatan peresmian pembukaan pameran seni keramik “Mata Ruang Lama Kini” di Studio MataHati Ceramics Kota Batu. (Fur/kabarjagad)
Kabarjagad, Kota Batu – Dalam sebuah perayaan kreativitas yang menandai Hari Jadi ke-24 Kota Batu, Studio MataHati Ceramics mempersembahkan sebuah hadiah istimewa, yakni pameran seni keramik lintas generasi bertajuk “Mata Ruang Lama Kini”. Pameran yang dibuka secara resmi oleh akademisi seni ternama, Prof. Dr. Drs. Djuli Djatiprambudi, M.Sn., pada Minggu sore (9/11/2025) ini, bukan sekadar etalase karya, melainkan sebuah manifestasi nyata dari Spirit Batu SAE (Berkelanjutan, Agrokreatif, Terpadu, Unggul, Sinergi, Akomodatif, dan Ekologis), dengan tujuan utama menumbuhkan ekosistem seni keramik yang langka di Jawa Timur dan Indonesia.
Pameran “Mata Ruang Lama Kini” akan berlangsung mulai 9 hingga 23 November 2025 di Studio MataHati Ceramics, Perumahan Wastu Asri, Desa Junrejo, Kota Batu. Acara ini menjadi titik temu penting bagi 17 seniman keramik dari berbagai generasi dan wilayah, termasuk nama-nama seperti Adib Muktafi, Ahmad Saiful Umar, Muchlis Arif, dan Raisa Matahati. Uniknya, pameran ini terbuka untuk umum setiap hari, pukul 08.00 hingga 19.00 WIB, dengan akses gratis (Free HTM).
Dalam laporannya, Ketua Panitia Alya R. menyampaikan apresiasi mendalam kepada para seniman dan tamu yang hadir, sembari memohon maaf atas perubahan jadwal pembukaan. “Kami mohon maaf karena kegiatan pameran ini mundur terus jadwalnya, karena berbenturan dengan jadwal pameran-pameran di tempat lain sehingga tidak bisa digelar seperti yang dijadwalkan pada Hari Jadi ke-24 Kota Batu yang tepatnya pada tanggal 17 Oktober kemarin,” jelasnya.
Inti dari pameran ini diperjelas oleh Prof. Djuli Djatiprambudi, M.Sn., Dosen Unesa dan Founder Omah Mikir, saat membuka acara. Ia menekankan kompleksitas dan risiko tinggi dalam berkarya keramik, yang menuntut “kesabaran tingkat dewa”. Keramik, baginya, adalah medium yang unik, yang membuat seniman berinteraksi dengan material tanah melalui teknik-teknik seperti Earthenware dan Stoneware.
Mengupas tuntas tajuk pameran, Prof. Djuli menyatakan, “Mata Ruang Lama Kini itu artinya ada dialog, ya, antara apa yang sudah lewat sebagai latar sejarah, latar pengetahuan, sama pengetahuan teknis, pengetahuan media, tetapi dengan semangat estetika masa kini.”
Beliau menyoroti pergeseran paradigma. Jika keramik tradisional berorientasi pada fungsi dan representasi komunitas, keramik kontemporer, terutama karya seniman muda, cenderung sangat subjektif dan membebaskan diri dari referensi bentuk tertentu. “Mereka justru menemukan bentuk-bentuk baru. Nah, itu yang disebut masa kini, tapi masa lalunya itu sebagai referensinya, sebagai pengetahuannya,” ujarnya.
Prof. Djuli juga menyoroti peran keramik sebagai penanda kemajuan peradaban di tradisi besar seperti Tiongkok dan Jepang. Keramik, lanjutnya, adalah media pendidikan yang efektif untuk melatih kesabaran, ketelitian, keuletan, dan ketekunan, suatu proses berpikir tingkat tinggi yang sangat dibutuhkan. “Sayang ketika kita ini tidak ada, Belanda justru tidak keramiknya yang dibawa, tetapi menggambar,” kenangnya, membandingkan sistem pendidikan seni di Eropa dan Asia.
Di sisi lain, Founder Studio MataHati Ceramics, Muchlis Arif, menegaskan komitmennya. Pameran ini adalah salah satu langkah nyata Studio MataHati untuk membangun jejaring dan medan seni di Indonesia, khususnya Kota Batu dan Jawa Timur.
“Ini adalah sebuah bentuk pengabdian dari kami,” ucap Muchlis. Ia menjelaskan proses panjang yang dilalui para seniman di studionya, di mana mereka dibimbing “dari nol” hingga memahami, mempraktikkan, menciptakan, berkarya, dan akhirnya memamerkan.
Tahun 2025 ini menjadi bukti konsistensi MataHati Ceramics dengan telah menggelar dua pameran lokal, satu nasional, dan satu internasional. “Komitmen ini Insya Allah akan terus kita lakukan agar bagaimana juga cita-cita kami untuk membangun ekosistem dan mendukung Kota Batu sebagai kota wisata yang kreatif akan terus kita lakukan,” tegas Muchlis.
Acara ini secara eksplisit membuktikan bahwa Kota Batu, sebagai Kota Wisata Kreatif, adalah magnet sekaligus lahan subur bagi ide dan gagasan seni. Selain pameran utama, publik juga diundang untuk mengikuti sesi Art Talk yang edukatif pada Sabtu sore, 15 November 2025, untuk lebih mendalami filosofi dan perkembangan seni keramik.
Pameran “Mata Ruang Lama Kini” menjadi penegasan atas semangat “Hidupilah kesenian, maka kesenian hidup.” Sebuah seruan untuk masyarakat agar tidak hanya menikmati keramik sebagai benda, tetapi sebagai representasi dari ketekunan, ilmu pengetahuan, dan semangat kebebasan berekspresi. (Fr)












