Isu Dioxin Telur Ayam Rugikan Pengusaha Bakery Di Jatim 

KJ, Surabaya – Isu telur ayam yang mengandung dioxin diakui merugikan pengusaha bakery di Jawa Timur. Indikator tersebut terlihat dari menurunnya omset bakery sepekan terakhir, karena isu dioxin

Seperti kita ketahui, diaoxin merupakan kelompok zat-zat berbahaya yang termasuk ke dalam golongan senyawa CDD (Chlorinated Dibenzo-p-Dioxin).

Dioksin berasal dari pembakaran limbah rumah tangga maupun industri yang mengandung senyawa klor seperti industri kimia, pestisida, plastik, dan pulp kertas. 

Ketua HIPBI (Himpunan Pengusaha Bakery Indonesia) Jawa Timur, M.H Sholeh mengatakan, sejak bergulir isu telur ayam mengandung dioxin permintaan bakery seperti cake, donut, roti, alami penurunan dibanding sebelum adanya isu dioxin.

“Omset usaha bakery turun 20-40%, sejak adanya isu dioxin.” ujarnya kepada wartawan di Pujasera Taman Teman Mayjend Sungkono, Sabtu (23/11/19).

Ia mencontohkan di usaha LINS Bakery saja, kapasitas produksi donut yang bisa mencapai 900 donut, sejak menyebar isu dioxin produksi turun menjadi 600 potong donut. 

Dirinya menjelaskan, saat ini ada sepuluh pengusaha bakery di segmentasi pasar menengah dan menengah ke bawah dari anggota HIPBI Jatim, mengakui dengan beredarnya isu dioxin omset pengusaha bakery turun drastis, terutama di wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Malang, bahkan hingga ke Bandung Jawa Barat.

Untuk itu, kata M.H Sholeh, kami perlu klarifikasi ke publik, bahwa telur ayam mengandung zat dioxin seratus persen tidak benar. Jadi, konsumen jangan terpengaruh dengan isu dioxin dan tetaplah mengkonsumsi roti, donut, bakery dan kue-kue yang bahan dasarnya telur ayam. 

“Telur ayam ini mengkontribusi hampir 65% dari produksi bakery, jadi jika ada isu mengandung dioxin maka omset kami tentu menurun.” tegasnya.

Lebih lanjut M.H Sholeh mengatakan, upaya yang dilakukan HIPBI Jatim untuk menetralisir isu dioxin agar omset usaha bakery tetap stabil yaitu, seluruh suplier telur ayam dari peternak yang biasa mensuplai ke anggota HIPBI Jatim, kami menginginkan peternaknya berasal dari desa yang lokasinya jauh dari industri limbah plastik dan sejenisnya. 

Dirinya menerangkan, kebutuhan telur ayam bagi usaha bakery skala kecil di Surabaya saja butuh 100 kilo gram telur ayam per hari. Sementara anggota HIPBI Jatim ada sekitar 50 pengusaha bakery, jadi kebutuhannya bisa mencapai 500 kilo gram telur ayam per hari.

M.H Sholeh berharap pemerintah segera melakukan tindakan untuk mengklarifikasi bahwa telur ayam nyaman dikonsumsi dan tidak mengandung dioxin, bahkan jika perlu ada sertifikasi peternak ayam. 

“Kami berharap konsumen jangan terpengaruh dengan isu dioxin pada telur ayam, dan tetap mengkonsumsi donut lokal hasil produksi pengusaha bakery di Jatim.” ungkapnya. (Tris)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below