KJ, Surabaya – Pada bulan November Provinsi Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,23 persen. Dari delapan kota Indek Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur, seluruhnya mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi di Sumenep yang mencapai 0,41 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Malang sebesar 0,01 persen.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Satriyo Wibowo saat Pers Rilis inflasi dikantornya, Senin (2/12) mengatakan, inflasi November 2019 lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2018, dimana pada bulan November 2018 mengalami inflasi sebesar 0,27 persen.
Menurut dia apabila dilihat trend musiman setiap bulan November selama sepuluh tahun terakhir (2010-2019), seluruhnya terjadi inflasi.
“Bulan November 2014 merupakan inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,38 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada bulan November 2015 sebesar 0,06 persen.” ujarnya kepada wartawan di Kantor BPS Jatim, Senin (03/11/19).
Ia menjelaskan, dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi dan dua kelompok mengalami deflasi. Kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,79 persen, sedangkan kelompok yang mengalami deflasi tertinggi adalah kelompok Sandang sebesar 0,26 persen.
Sementara komoditas utama yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi Jawa Timur bulan November 2019 ialah naiknya harga bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras.
“sedangkan komoditas yang memberikan andil deflasi terbesar ialah cabai merah, emas perhiasan, dan cabai rawit.” terangnya.
Satriyo menambahkan, laju inflasi tahun kalender Jawa Timur di bulan November 2019 mencapai 1,59 persen, sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2019 terhadap November 2018) mencapai 2,20 persen.
“Pada November 2019 kelompok inti mengalami inflasi sebesar 0,09 persen, komponen yang diatur pemerintah mengalami inflasi 0,06 persen, dan komponen bergejolak mengalami inflasi sebesar 0,91 persen.” ungkapnya. (Tris)