Foto: Kepala OPD dan ASN saat jalani tes kebugaran jasmani di lapangan Pemkab Jombang
KJ, Jombang – Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang melakukan kegiatan Pengukuran Kebugaran Jasmani. Kegiatan ini dibuka oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Jombang, KH. Dr. Akhmad Jazuli, M.Si yang diikuti Asisten, Staf Ahli, Kepala OPD, Direktur BUMD, Camat, Kepala BLUD, Puskesmas se-Kabupaten Jombang dan segenap pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. Kegiatan ini digelar dilapangan Pemkab Jombang, Jum’at (20/11/2020) pagi.
Para Aparatur Sipil Negara sebelum berlari mengelilingi lapangan Pemkab, Sekdakab Jombang menjelaskan kalau ditengah pandemi Covid 19 ini, kita sebagai ASN dituntut untuk selalu sehat bugar agar dapat menyelesaikan seluruh program kegiatan. Dan pada pagi ini untuk kali pertama seluruh kepala OPD, Camat juga Kepala Puskesmas se Kabupaten Jombang akan menjalani tes kebugaran Jasmani, jelasnya singkat.
Ditempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, drg. Subandriyah, MKP mengatakan, pengukuran kebugaran jasmani bagi pegawai adalah hal penting untuk mengetahui tingkat kebugarannya, baik, cukup, atau kurang. Dengan tingkat kebugaran yang baik, maka akan mempunyai derajat kesehatan yang baik pula sehingga produktivitas kerjanya bisa optimal. Sebaliknya, dengan tingkat kebugaran yang kurang, maka akan mempunyai derajat kesehatan yang produktivitas kerjanya kurang. Akibatnya, pegawai itu akan mudah mengantuk, lelah dan tidak bersemangat dalam bekerja. Produktivitas kerja ini sangat penting dalam upaya mewujudkan visi misi organisasi dan visi misi Pemerintah Kabupaten Jombang, katanya ke pewarta Kabarjagad.id saat masih berada dilapangan Pemkab Jombang.
“Kegiatan pengukuran tingkat kebugaran pegawai kali ini menggunakan metode Rockport, yaitu setiap peserta berlari 1.600 meter. Sebelum pengukuran kebugaran, peserta diminta untuk mengisi Par Q Test (Physical Activity Readiness Questionnaire) sebagai upaya screening apakah peserta layak atau tidak untuk mengikuti pengukuran kebugaran Metode Rockport. Selain itu, peserta juga diukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui IMT (Indeks Massa Tubuh) sebagai salah satu cara untuk mengetahui status gizi seseorang, diukur tekanan darah, dan denyut nadi. Peserta menandatangi Informed Consent untuk membaca surat pernyataan bersedia mengikuti pengukuran kebugaran yang sebelumnya dijelaskan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi akibat aktivitas berlangsung. Sebelum peserta berlari, peserta terlebih dahulu melakukan pemanasan dan peregangan seluruh tubuh, terutama otot tungkai dan dilanjutkan dengan jalan kaki selama 10 sampai 15 menit, lanjutnya.
Lebih lanjut, waktu yang dicapai peserta dalam menyelesaikan lari 1.600 meter dikonversikan ke dalam tabel Hubungan Waktu Tempuh – VO2 max untuk mengetahui VO2 max (ml/kg/menit) peserta. Setelah mengetahui VO2 max peserta, kemudian nilai VO2 max digunakan untuk mengetahui tingkat kebugaran jantung paru sesuai dengan jenis kelamin dan kelompok usia. Pengukuran kebugaran jantung paru dengan jalan cepat atau jogging sejauh 1.600 meter (Rockport) dapat dijadikan panduan untuk menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani, dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok, relatif aman bagi orang yang memiliki faktor risiko penyakit, mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat khusus (yang perlu dipersiapkan adalah lintasan datar sepanjang 1.600 meter, alat pencatat waktu, dan sepatu olahraga), dan dilakukan semampunya dengan berjalan cepat atau berlari secara konstan, ujar Kadis Kesehatan.
Menurutnya, selain metode Rockport, bagi peserta yang mempunyai faktor risiko, misalnya mempunyai riwayat penyakit, riwayat kecelakaan, riwayat patah tulang, pengapuran tulang dan obesitas, dapat mengikuti pengukuran kebugaran dengan metode Jalan 6 Menit (setelah mendapatkan rekomendasi dari dokter). Kebalikan dari metode Rockport, pada metode Jalan 6 Menit peserta diminta untuk berjalan cepat melalui lintasan yang sudah dibuat selama 6 menit. Total jarak yang dapat ditempuh peserta kemudian dikonversikan ke dalam tabel (waktu) hingga didapatkan kategori tingkat kebugaran. Agar mencapai tingkat kebugaran yang optimal maka setiap peserta disarankan untuk tidur cukup kurang lebih 7 sampai 8 jam di malam hari sebelum tes pada esok hari, tidak melakukan aktivitas berat sehari sebelumnya, tidak merokok, minum kopi, alkohol 3 jam, makan terakhir 2 jam sebelum tes, menggunakan perlengkapan olahraga, obat rutin tetap diminum (bagi yang ketergantungan dengan obat), tutur drg. Subandiyah.
“Setelah diketahui tingkat kebugarannya, setiap peserta diberikan informasi tentang program latihan fisik yang dapat dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kebugaran pada pengukuran tingkat kebugaran selanjutnya. Pengukuran tingkat kebugaran sebaiknya dilakukan setahun 2 kali atau setiap 6 bulan sekali. Selama rentang waktu antara pengukuran tingkat kebugaran pertama dan kedua, peserta dapat melakukan 3 program latihan disesuaikan dengan kategori tingkat kebugaran, yaitu:
1) Tingkat Kebugaran dengan frekuensi latihan sebanyak 2 kali seminggu, intensitas latihan fisik dengan denyut nadi 100-120/menit, lama latihan fisik cukup 20-30 menit (diluar waktu pemanasan dan pendinginan), dan tipe/jenis latihan yang dapat dilakukan hanya dengan aerobik jalan santai, jalan cepat, jogging dan bersepeda.
2) Tingkat Kebugaran dengan frekuensi latihan sebanyak 3 kali seminggu, intensitas latihan fisik dengan denyut nadi 120-130/menit, lama latihan fisik cukup 30-40 menit (diluar waktu pemanasan dan pendinginan), dan tipe/jenis latihan yang dapat dilakukan dengan aerobik tipe 1 (jalan santai, jalan cepat, jogging, bersepeda) dan tipe 2 (senam, renang, step dance, diskorobik);
3) Tingkat Kebugaran dengan frekuensi latihan sebanyak 4 kali sampai 5 kali seminggu, intensitas latihan fisik dengan denyut nadi 130-150/menit, lama latihan fisik cukup 40-60 menit (diluar waktu pemanasan dan pendinginan), dan tipe/jenis latihan yang dapat dilakukan dengan aerobik tipe 1 (jalan santai, jalan cepat, jogging, bersepeda), tipe 2 (senam, renang, step dance, diskorobik), dan tipe 3 (olahraga permainan seperti sepak bola, tenis lapangan, tenis meja, bulu tangkis, bola basket, bola voli).
“Selain pegawai, pengukuran kebugaran jasmani seperti ini pernah juga dilakukan bagi Calon Jemaah Haji serta anak Sekolah Dasar (SD/MI) yang berumur 10-12 tahun. Selain pengukuran kebugaran jasmani, peserta juga diukur kadar Gula Darah Acak (GDA) dan kadar kolesterol”. tutup Kadis Kesehatan Kabupaten Jombang drg. Subandiyah, MKP.(ags).