Kabarjagad, Bojonegoro – Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, menerima kunjungan dari Alas Institute dan Lingkar Pandan Foundation di Ruang Batik Madrim, Kantor Pemkab Bojonegoro. Pertemuan ini bertujuan untuk menguatkan silaturahmi, menyelaraskan program, serta merumuskan rekomendasi kolaboratif berkelanjutan terkait upaya konservasi alam dan pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Bojonegoro. Setyo Wahono secara jelas menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam mendukung program-program yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan dan kemajuan wilayah, Jum’at 20 Juni 2025.
Dalam Paparannya, Direktur Alas Institute Achmad Danial Abidin secara komprehensif menyampaikan kondisi terkini Kabupaten Bojonegoro. Meskipun memiliki luas kawasan hutan mencapai 94.397 hektar atau 40% dari total luas wilayah 230.706 hektar, Bojonegoro masih menghadapi berbagai masalah lingkungan serius. Permasalahan seperti penebangan pohon liar, alih fungsi lahan yang tidak diimbangi reboisasi, dan perilaku membuang sampah di sungai serta bantaran sungai, masih menjadi tantangan utama. Kondisi ini berdampak pada seringnya terjadi bencana, banjir bandang, dan longsor saat musim penghujan, serta kekeringan dan peningkatan suhu saat musim kemarau, yang secara langsung mengganggu siklus dan kualitas sumber daya air.
Menanggapi paparan tersebut, Setyo Wahono dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas kedatangan Alas Institute dan Lingkar Pandan Foundation, menegaskan bahwa salah satu masalah penting yang dihadapi Bojonegoro adalah bencana. Beliau menyoroti dampak kerusakan tanaman, bencana kemanusiaan, dan longsor yang menjadi persoalan serius, terutama di daerah yang mengalami kekurangan air dan kelebihan air secara bersamaan, namun belum termanfaatkan secara optimal.
Bupati menyampaikan bahwa masalah hutan merupakan hak prerogatif Perhutani, dan sudah dilakukan MoU untuk penanganannya. Terkait distribusi air dan sungai, Pemkab Bojonegoro telah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), mengingat beberapa titik banjir terjadi karena sungai yang semakin dangkal dan penanganan sungai memerlukan izin BBWS. Bupati juga mengungkapkan bahwa Pemkab, bersama Dinas Pertanian dan Perhutani, telah menjalankan program penanaman pohon buah seperti alpukat dan kelengkeng di pinggir sungai wilayah Temayang dan Dander, bukan tanaman yang batangnya diambil. Lebih lanjut, Setyo Wahono mengungkapkan bahwa Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) berencana membangun lima embung, yang diharapkan dapat mendukung hasil pertanian serta mengatasi kerusakan lahan.
Setyo Wahono sangat menghargai perhatian Alas Institute terhadap area-area ini, berharap program tersebut dapat meningkatkan panen, mengurangi bencana, dan meningkatkan wisata. Bupati juga menjelaskan bahwa Pemkab telah melakukan berbagai mitigasi bencana, termasuk antisipasi banjir di desa-desa lingkungan hutan, mengingat dampak banjir yang panjang. Program normalisasi sungai dan reboisasi, dengan menggerakkan budaya gotong royong dan penanaman pohon buah, menjadi fokus utama.
Mengenai sisi pariwisata, Setyo Wahono mengakui bahwa kawasan wisata di Bojonegoro, termasuk Gunung Pandan dan Banyu Kuning, merupakan aset yang menawarkan potensi dan peluang wisata besar. “Potensi wisata yang menarik ini, terutama di wilayah hutan, sangat kita akui. Betul sekali ada potensi ini,” ujarnya, menyoroti penemuan situs baru di Gunung Pandan dan daerah Kalitidu, yakni petilasan Angling Dharmo di Wotanngare.
Pemkab Bojonegoro telah menyusun master plan kawasan wisata yang meliputi Kayangan Api, Ngunut, Temayang, Gondang, hingga Sekar, dan siap membantu infrastruktur agar akses bisa dilalui bus dengan bantuan pihak ketiga. Bupati sepakat dengan pengembangan wisata ini sebagai kekayaan luar biasa Bojonegoro, serta menyambut baik ide dan pemikiran Alas Institute. la menyimpulkan bahwa semua berawal dari keinginan untuk memakmurkan rakyat, di mana masalah ini berawal dari bencana akibat hutan gundul dan sungai dangkal, yang memerlukan normalisasi, dan pada akhirnya bisa memunculkan potensi wisata yang membanggakan.
Bupati menegaskan bahwa Pemkab Bojonegoro sangat terbuka untuk memperbaiki tata kelola dan mengurangi bencana yang hulunya berada di wilayah hutan, demi menghidupkan perekonomian masyarakat Bojonegoro yang makmur.(imm)