KJ,Lumajang – Cerita yang ditulis korban Q-NET di kolom komentar yang berada di Facebook grup ‘Sahabat MAS’ terus mengalir. Yang terbaru, Ikbal asal garut Jawab Barat yang menceritakan kisahnya di sebuah akun facebook bernama @iball maheksa menceritakan betapa tragisnya dulu saat dirinya diperdaya oleh salah seorang leader Q-NET.
Saat itu pada tahun 2017, dirinya tergiur oleh tawaran kerja melalui Facebook oleh seseorang yang berinisial J yang berasal dari Lampung. Tersangka menawarkan sebuah pekerjaan di pergudangan dengan gaji mencapai 3,2 juta Rupiah. Selain itu korban juga tergiur lantaran perusahaan tersebut tak membutuhkan persyaratan yang rumit.(20/9/2019)
Akhirnya berangkatlah penulis (Ikbal) pada hari Minggu dengan meminta doa dan restu orang tua serta dengan membawa perbekalan yang pas pasan. Akhirnya sang penulis pun sampai di Terminal Bekasi pukul 16.10 WIB dan langsung dijemput oleh taksi online yang telah dipesankan oleh tersangka.
Setelah perjalanan beberapa menit, akhirnya. Mobil tersebut berhenti di tujuan, yakni sebuah kosan kecil yang dihuni oleh 15 orang didalamnya. Iapun langsung disambut oleh tersangka J. Sang penulis sempat menanyakan kapan akan melaksanakan wawancara, dan dijawab pada hari Selasa. Dari situlah dari benak penulis mulai bertanya-tanya, mengapa tak dilaksanakan interview pada hari Senin saja.
Singkat cerita datanglah hari Selasa, dimana dirinya dibangunkan pukul 05.00 WIB dan disruruh bergegas mandi oleh para leader Q-NET. Tepat pukul 06.30 WIB, dirinya dijemput oleh sebuah mobil dan hanya 3 orang yang berangkat sedangkan yang lain tetap tertidur pulas.
Sang penulis pun semakin bertanya-tanya atas kejanggalan selama beberapa hari terakhir. Akhirnya kendaraan pun berhenti di sebuah ruko di daerah Grand Wisata, Tambun, Bekasi Timur. Sayapun bergegas ke lantai dua ruko tersebut. Di situ, ternyata telah banyak para ‘pelamar pekerjaan’ seperti dirinya lengkap dengan baju hitam putih. Hp sang penulis pun ditahan oleh pihak Q-NET dengan alasan agar lebih konsen dalam wawancara.
Setelah beberapa waktu ditunggu, datanglah seseorang yang disebut oleh penulis sebagai ‘tikus berdasi’ ke depan kerumunan. Mereka berteriak-teriak dan menjelaskan tentang Q-NET. Tak lupa mereka juga sering kali mengeluarkan jargon mereka yakni ‘ora umum. Dari situlah sang penulis sadar bahwa dirinya telah ditipu oleh pihak Q-NET.
Seusai seminar, penulis pun langsung kembali ke kontrakan dan ternyata disana dirinya kembali berusaha di cuci otaknya dengan doktrin UGD (Utang Gadai Dol) oleh para leader Q-NET yang berjumlah sekitar 15 orang. Bahkan mereka berani menyuruh sang penulis untuk menjual rumah milik orang tuanya, namun sang penulis bersikeras tak mau melakukan cara tersebut.
Alhasil, penulis pun dicaci maki dengan berbagai umpatan oleh para leader tersebut.Masih menurut sang penulis, para leader pun juga sempat mengejek berbagai macam profesi seperti karyawan, buruh maupun instansi lain yang memiliki gaji cukup minim. Tak kuat dengan hal tersebut, keesokan harinya sang penulis pun memilih keluar dari kontrakan tersebut. Dirinya meminta pertanggung jawaban kepada ‘J’, orang yang mengajak dirinya ke tempat tersebut. Akhirnya dirinya dipesankan sebuah taksi online dengan biaya 16 ribu Rupiah. Lantaran dirinya hanya memiliki uang 15 ribu Rupiah, dirinya pun memelas kasih kepada sang pengemudi. Ternyata sang pengemudi mau mengantarkan korban hingga terminal tujuan.
Seusai turun dari kendaraan, dirinya sempat turun dan berjalan hingga Gerbang Tol Timur sekitar pukul 11.22 WIB. Dirinya yang kelelahan serta menagan laparpun akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak dibawah pohon beralaskan kardus lusuh. Dirinya yang memang sangat capek, akhirnya tertidur sampai sore hari. Setelah bangun, dirinya yang tak punya pilihan lagi nekat memberhentikan sebuah truk dan meminta izin untuk menumpang.
Akhirnya ada sebuah truk yang kebetulan menuju kea rah Kota Bandung. Dirinya pun menumpang hingga kota tersebut. Di Kota Bandung, dirinya turun dan mampir ke sebuah warkop untuk menumpang mengisi daya baterai yang seharian telah habis dayanya. Setelah terisi, dirinya meminta dijemput salah satu kerabatnya yang berada di kota tersebut, dan memilih tinggal di rumah sang kerabat lantaran malu saat akan pulang ke rumah.
Dalam pernyataan nya, Kapolres Lumajang AKBP DR Muhammad Arsal Sahban SH, SIK, MH, MM yang juga merupakan putra daerah asli Makassar menerangkan bahwa modus dari para leader Q-NET selalu saja membuka lowongan pekerjaan dengan iming-iming gaji yang lumayan besar. “Modusnya sama, mereka mencari mangsa para pencari kerja dan dberikan iming-iming sebuah pekerjaan dengan persyaratan mudah serta dengan gaji yang cukup tinggi. Para calon korban akan di tampung terlebih dahulu di sebuah kontrakan ataupun kos-kosan dan selanjutnya akan diajak mendatangi sebuah seminar dan disanalah mereka di cuci otak. konsep cuci otaknya yang sedemikian rupa membuat peserta benar-benar terpengaruh dan melaksanakan apa yang di inginkan dari senior member QNet” ujar pria yang menyelesaikan S3 di Universitas Padjajaran Kota Bandung jurusan hukum bisnis.(ags)