Foto : Direktur Politeknik negeri Madiun Dr. Mohammad Ta’ali SE., MM saat memberikan sambutan.
Kabarjagad, Madiun – Suasana semarak terlihat di kampus Politeknik Negeri Madiun (PNM) dalam sebuah acara pameran Pancasila kewirausahaan yang melibatkan para mahasiswa dari berbagai jurusan. Tak hanya ramai oleh pengunjung, acara ini juga dipenuhi oleh para mahasiswa yang menjajakan hasil karya dan produk kreatif mereka. Dari makanan, minuman, hingga kerajinan tangan, semuanya dipamerkan dengan penuh semangat.
Kegiatan ini ternyata sangat diapresiasi oleh Direktur PNM, Bapak Muhammad Ta’ali SE., MM. Dalam wawancaranya, beliau menyampaikan rasa bangganya melihat antusiasme mahasiswa.
“Pesertanya bukan cuma yang datang aja yang banyak, tapi yang jualan juga luar biasa banyak. Ini sangat relate dengan harapan kita untuk pendidikan vokasi. Anak-anak bisa langsung praktek, berkreasi, dan ketika lulus nanti, sudah siap terjun ke masyarakat dengan keterampilan yang mereka punya,” ungkap orang nomor satu di PNM.
Beliau juga menambahkan bahwa kegiatan seperti ini sangat layak untuk terus dilanjutkan, bahkan diperbesar. “Saya setuju kalau acara seperti ini nggak cuma diadakan sekali. Kalau bisa dibuat rutin dan lebih meriah lagi. Jurusan lain seperti Akuntansi dan Teknik juga seharusnya ikut gabung, biar makin semarak,” ujarnya dengan penuh semangat.
Namun, Pak Ta’ali juga memberi catatan penting soal promosi dan sosialisasi acara. “Saya pribadi baru tahu dari grup WA Pak Pri. Artinya tim marketing perlu ditambah, supaya acaranya lebih dikenal, bukan hanya di lingkungan internal kampus,” tambahnya.
Yang menarik, acara ini juga bertepatan dengan momen penting, yaitu peringatan Hari Lahir Pancasila. Bapak Priyanto, S.Pd., M.Si., turut hadir memberikan pandangannya. Menurutnya, kegiatan ini punya nilai edukatif yang dalam.
“Target utama dari acara ini adalah mengingatkan mahasiswa untuk tidak melupakan sejarah, terutama sejarah lahirnya Pancasila. Kita ingin mereka paham makna Pancasila, pengamalannya, dan bagaimana menjaga NKRI ke depannya,” jelas Pak Priyanto.
Dalam pameran tersebut, mahasiswa diajak untuk menelusuri sejarah Indonesia dari masa kerajaan, era VOC, masa pergerakan nasional, hingga perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Semua disajikan secara terbuka agar mahasiswa memahami konteks sejarah dan pentingnya menjaga ideologi bangsa.
“Kita florkan semuanya, bukan untuk menghakimi, tapi untuk pelajaran. Jangan sampai generasi muda melawan Pancasila. Ini bagian dari menyegarkan semangat kebangsaan,” lanjutnya.
Menutup sesi wawancara, Pak Priyanto juga memberikan pesan khusus untuk generasi muda. “Amalkan Pancasila mulai dari rumah. Pahami apa itu hak dan kewajiban, apa itu gratifikasi, apa itu korupsi. Uang negara ini banyak, tapi hilang karena dikorupsi. Kalau korupsi bisa diberantas, Indonesia Emas 2045 bukan mimpi,” tegasnya.
Kegiatan ini bukan hanya sekadar acara kampus biasa. Di balik stand-stand dagangan dan poster sejarah, ada semangat besar untuk membentuk generasi muda yang kreatif, mandiri, dan cinta tanah air.
Semoga ke depan, acara seperti ini bisa makin besar, makin meriah, dan makin membawa manfaat — tidak hanya untuk mahasiswa PNM, tapi juga masyarakat luas. Sampai jumpa di acara selanjutnya!(Djr/Gil)