Budaya adalah Jati Diri Bangsa, Umbul Dungo Lintas Agama Merajut Kedamaian Malang Raya untuk Nusantara

Kolase kegiatan harmoni doa bersama (umbul dungo) lintas agama dan budaya di Pendopo Tegal Guru Bhakti Desa Mangliawan, Kec. Pakis, Kab. Malang. (Fur/kabarjagad)

Kabarjagad, Malang – Prihatin atas serangkaian unjuk rasa anarkis yang merusak fasilitas umum dan bahkan menelan korban jiwa, para budayawan, lembaga adat, unsur TNI-Polri, jurnalis, dan tokoh masyarakat lintas agama di Malang Raya bersatu dalam Harmoni Doa Bersama Lintas Agama dan Budaya yang bertajuk “Umbul Dungo Masyarakat Adat, Budaya dan Lintas Agama Merajut Kedamaian Malang Raya untuk Nusantara”.

Acara yang diinisiasi oleh Forum Malang Jurnalis (Ma-Ju) dan Dewan Kesenian Kabupaten Malang (DKKM) bersama Lembaga Adat dan Budaya, serta berbagai elemen masyarakat ini diawali dengan prosesi adat Sesuci di Sumber Wutah dan Atur Sesaji di Situs Balingawan, dilanjutkan dengan doa lintas agama (umbul dungo metri katentreman), kegiatan ini juga diisi orasi kebangsaan oleh tokoh budayawan dan wawasan hukum dari Pengacara Rakyat Sam Tito.

Bertempat di Pendopo Tegal Guru Bhakti, Desa Mangliawan, Kabupaten Malang, Kamis (4/9/2025), acara ini diinisiasi oleh Forum Malang Jurnalis (Ma-Ju) dan Dewan Kesenian Kabupaten Malang (DKKM), yang bertujuan meredam gelombang kekerasan dan memantik semangat persatuan dan perdamaian.

Ketua Panitia Acara, Wandi, mengungkapkan bahwa kegiatan ini lahir dari hati nurani untuk bangsa. “Kita pada malam hari ini menyatakan sikap bersatu dalam harmoni merajut kedamaian Malang Raya untuk Nusantara,” ujarnya. 

Ia menekankan pentingnya membangkitkan kembali jati diri bangsa melalui kebudayaan adiluhung yang dimiliki Indonesia. “Harapan kami, acara positif semacam ini terus rutin diselenggarakan, terutama di desa-desa lain, untuk terus menumbuhkan kembali jati diri kita sebagai bangsa Indonesia lewat kebudayaan,” ungkap Wandi.

Hal senada disampaikan oleh perwakilan unsur TNI – Polri, mereka mengapresiasi kegiatan positif doa bersama lintas agama ini, yang bertujuan untuk mewujudkan serta menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di Indonesia, khususnya di Malang Raya.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Malang (DKKM), Ki Suroso, menambahkan bahwa doa bersama ini merupakan respons terhadap demo-demo yang justru menimbulkan keresahan. “Kami berharap, ini menjadi awal bagi kita untuk mendoakan saudara-saudara kita yang masih anarkis agar bisa reda, dan yang sudah baik, akan menjadi lebih baik lagi,” kata Ki Suroso.

Tak lupa, Ketua DKKM Ki Suroso dan Ketua Forum Malang Jurnalis (Ma-Ju) Galih, menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemerintah Desa Mangliawan telah memfasilitasi kegiatan doa bersama ini, serta mengapresiasi tinggi kepada lembaga adat dan budaya yang telah memberikan energi positifnya untuk semangat persatuan dan kedamaian bangsa.

Kepala Desa Mangliawan, Mochamad Ja’i, menyambut baik acara ini. Ia mengapresiasi seluruh elemen masyarakat, lembaga adat dan budaya, serta lintas agama berkumpul di Pendopo Tegal Guru Bhakti ini merupakan hal yang luar biasa, sebagai wujud Bhineka Tunggal Ika. 

“Saya menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi atas acara yang baik ini. Berkumpulnya para lembaga adat dan budaya Malang Raya kumpul di desa kami ini sangat bagus, karena lewat budaya mampu menciptakan perdamaian,” ungkap Kades Ja’i.

Kades Ja’i juga memanfaatkan momentum ini untuk menyampaikan harapan kepada Pemerintah Kabupaten Malang agar memperhatikan Pendopo Tegal Guru Bhakti, “Kami berharap mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Malang dengan membangun fasilitas MCK (toilet) yang bersifat mendesak, sehingga setiap kegiatan ditempat ini dapat berjalan lebih nyaman,” harapnya.

Kegiatan “Umbul Dungo” ini diharapkan lewat budaya sebagai jatidiri bangsa menjadi tonggak awal untuk menumbuhkan komitmen bersama dalam menjaga perdamaian dan kondusifitas bangsa di tengah berbagai dinamika nasional. (Fr)

Bagikan

Tinggalkan Balasan