Junrejo Tempo Doeloe ‘Guyub Rukun Sedoyo Sae’ Sukses Gairahkan Ekonomi Lokal

Foto bersama pada kegiatan Junrejo Tempo Doeloe ‘Guyub Rukun Sedoyo Sae’ di Balaidesa Tlekung. (Ist)

Kabarjagad, Kota Batu – Kecamatan Junrejo, Kota Batu, sukses menggelar hajatan akbar tahunan “Junrejo Tempo Doeloe” selama dua hari penuh, 9-10 Oktober 2025, di Kantor Desa Tlekung. Mengusung tema “Festival Budaya Guyub Rukun Sedoyo Sae” dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Batu ke-24, acara ini bertransformasi menjadi magnet wisata sekaligus platform strategis untuk mendongkrak perekonomian warga dan melestarikan warisan leluhur.

Dalam kesempatan ini, Camat Junrejo, Parman, menegaskan bahwa festival ini adalah hasil kesepakatan bulat dan kehendak bersama seluruh Kepala Desa dan Lurah di Junrejo.

“Dengan semangat Guyub Rukun, kami ingin meningkatkan perekonomian warga, terutama melalui UMKM, dan menjadikan acara ini sebagai daya tarik wisata baru,” ujarnya.

Ketua TP PKK kota Batu Hj. Siti Faujiyah Nurochman mengapresiasi kegiatan luar biasa ini. Salah satu sorotan utama dalam gelaran tahun ini adalah peluncuran Batik Guyub Rukun Versi 2, yang menjadi simbol nyata kebersamaan dan persatuan masyarakat Junrejo. Selain itu, aspek edukasi dan lingkungan menjadi perhatian penting berkat peran aktif Tim Penggerak PKK.

“Saya yakin anak-anak kita tidak paham makanan khas tempo dulu. Maka, hari ini adalah satu kesempatan untuk mengangkat budaya dan tradisi nenek moyang kita,” tegasnya, sembari menyoroti keberhasilan ibu-ibu PKK dalam mengolah sampah.

Kreativitas ibu-ibu PKK ini terbukti nyata, sampah yang dianggap tidak berguna berhasil diubah menjadi barang berharga dan bernilai edukasi, puncaknya ditandai dengan penyerahan trofi dan hadiah kepada pemenang Lomba Bintang Sampah oleh Ketua TP PKK Kota Batu, Hj. Siti Faujiyah Nurochman.

Junrejo Tempo Doeloe menyuguhkan keragaman budaya luar biasa dari seluruh desa dan kelurahan, termasuk penampilan apik seperti Tari Anggrek, Tari Sanduk, Tari Gembang Dele, dan Kentrung Pethung. Secara khusus, penampilan seni angklung, penampilan Tari Remo yang biasanya selalu diselingi ngandang atau jula-juli diangkat sebagai salah satu budaya yang harus dilestarikan Kota Batu.

Tidak hanya seni tari, festival ini juga fokus mengembalikan ingatan tentang kuliner khas tempo dulu yang sehat dan bernutrisi. Berbagai makanan lawas diperkenalkan kembali, bahkan ditampilkan simulasi pembuatannya, demi memastikan warisan cita rasa leluhur tetap lestari di tengah generasi muda.

Melengkapi kemeriahan, acara juga diramaikan dengan berbagai lomba, kuis berhadiah dua sepeda gunung, serta kegiatan edukatif bagi anak-anak seperti merakit Wayang Mendong (wayang dari daun) dan memanfaatkan sampah plastik menjadi mainan. Acara tahunan ini menegaskan Junrejo sebagai kecamatan yang konsisten menjaga tradisi, memberdayakan UMKM, dan peduli lingkungan. (Fr)

Bagikan

Tinggalkan Balasan