Besaran uang pembinaan serta penghargaan ditunjukkan Hendri, wali atlet pemenang Turnamen Badminton Walikota Batu Open 2025. (Fur/kabarjagad)
Kabarjagad, Kota Batu – Gelaran Turnamen Badminton Walikota Batu Open 2025 yang seharusnya menjadi ajang prestasi, kini berujung pada skandal kekecewaan dan protes keras. Sejumlah perwakilan atlet dan wali atlet pemenang secara tegas menolak hadiah dan berencana mengembalikan seluruh uang yang telah mereka terima kepada Wali Kota Batu sebagai bentuk protes atas ketidak sesuaian nilai hadiah yang tertera di pamflet awal.
Para pemenang mengungkapkan kekecewaan mendalam atas hadiah yang tidak sesuai dijanjikan. Dari total hadiah yang diumumkan sebesar Rp65 juta di pamflet yang beredar luas, pemenang mengaku hanya menerima kurang lebih separuh dari total yang di pamflet.
Sebelumnya, salah satu wali atlet pemenang, Hendri, mengungkapkan rasa kecewanya setelah anaknya menerima hadiah di GOR Ganesha. Meskipun turnamen ini gratis bagi kategori usia anak, ia menilai hadiah yang diberikan “sangat tidak menghargai atlet yang sudah berjuang selama 4 hari” dari tanggal 6 hingga 9 November.
“Hadiahnya itu katanya sebagai penghargaan tapi tidak menghargai, ini anak saya juara tiga cuma mendapat uang pembinaan Rp150.000 tidak sesuai yang dijanjikan, padahal ini sekelas Piala Walikota,” ujar Hendri penuh kecewa.
Menanggapi aksi protes ini, Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto, yang menerima perwakilan atlet di Balaikota Among Tani, menyampaikan permohonan maaf dan berjanji akan menyelesaikan persoalan ini.

Heli Suyanto mengaku pihak pemerintah daerah tidak mengetahui adanya ketidaksesuaian nominal hadiah, sebab peran mereka dalam acara tersebut hanya sebatas menyerahkan hadiah.
“Ya kami, Pak Wali, saya menyampaikan permohonan maaf karena ketidaktahuan. Karena kami (bertugas) hanya menyerahkan hadiah. Nah, kalau isinya tidak sesuai dengan yang di pamflet, ya mohon maaf, kami tidak tahu. Tapi pasti kami selesaikan,” ujar Heli Suyanto, pada Rabu (12/11/2025).
Wakil Wali Kota menekankan harapan agar hak para atlet tetap diberikan sesuai dengan nominal yang tertera pada pamflet yang diumumkan panitia. Ia juga menyoroti pentingnya keterbukaan, terutama mengenai perubahan hadiah.
“Seharusnya perubahan nominal hadiah itu disampaikan pada waktu technical meeting. Ya ini dibuat pembelajaran ke depan,” tambahnya.
Heli Suyanto berjanji akan segera memanggil pihak panitia untuk dimintai keterangan dan menindaklanjuti tuntutan para wali atlet.
Pihak panitia, diwakili oleh Imam Syafi’i, mengakui adanya selisih hadiah. Mereka berdalih bahwa masalah ini adalah “kesalahan teknis” dan “miskomunikasi” akibat revisi pamflet hingga empat kali.
“Antara edaran yang diberikan sama revisi terakhir kita keselip. Ternyata ada edaran yang sudah beredar di sekolah, menggunakan perubahan yang kedua, bukan yang keempat (nominal terendah),” jelas Imam.
Meski panitia sudah berupaya melunasi kekurangan hadiah, para atlet juara memilih menolak dan bersikeras pada komitmen protes akan mengembalikan hadiahnya.
“Kami akan mengembalikan hadiah yang kami terima kepada yang punya hajat, dalam hal ini adalah Wali Kota Batu, sebagai bentuk kekecewaan. Kami sedang menjadwalkan pertemuan dengan Bapak Wali Kota,” ujar Anang, dari klub PB Razz yang mewakili suara seluruh pemenang kejuaraan Badminton Walkota Batu Open 2025. (Fr)












