Wali Kota Batu Nurochman saat cek personil pada Apel Kesiapan Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi di Balaikota Among Tani. (Ist)
Kabarjagad, Kota Batu – Pemerintah Kota Batu menggelar “Apel Kesiapan Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi” besar-besaran hari ini di halaman Balai Kota Among Tani, pada Selasa (11/11/2025). Langkah ini diambil menyusul peningkatan signifikan kejadian bencana dan prediksi puncaknya musim hujan yang diperkirakan terjadi mulai November 2025 hingga Januari 2026, diperparah oleh fenomena La Nina hingga Februari 2026.
Apel siaga ini dipimpin langsung oleh Wali Kota Batu, Nurochman, dan melibatkan ribuan personel gabungan dari TNI-Polri, Basarnas, BNPB, BPBD, PMI, Tagana, hingga perwakilan OPD se-Kota Batu. Ini adalah upaya masif untuk memastikan kesiapan sinergis lintas sektor dalam menghadapi ancaman bencana.
Dalam amanatnya, Wali Kota Nurochman membeberkan data yang menyoroti urgensi kesiapsiagaan. Hingga Oktober 2025, tercatat 149 kejadian bencana di Kota Batu. Mayoritas bencana tersebut adalah bencana hidrometeorologi, yang didominasi oleh tanah longsor (57%), angin kencang (25%), dan banjir (11%).
“Apel siaga ini bukan sekadar seremonial, tetapi merupakan wujud nyata kesiapsiagaan kita bersama. Penanganan bencana tidak boleh lagi bersifat reaktif, tetapi harus berubah menjadi preventif. Kesiapsiagaan dan kesadaran diri adalah kunci,” tegas Wali Kota Nurochman.
Mengusung tema “Mewujudkan Mbatu Sae Tangguh Bencana”, Wali Kota Nurochman mengeluarkan lima arahan kunci yang harus segera dilaksanakan oleh seluruh komponen Pemkot dan masyarakat:
* Penguatan Sinergitas: Memperkuat kolaborasi pentahelix (pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media) dalam penyiapan sumber daya siaga bencana.
* Edukasi dan Kapasitas: Membangun kesadaran dan kemampuan masyarakat melalui sosialisasi, pelatihan, dan simulasi rutin.
* Perencanaan Terpadu: Menyatukan perencanaan dan persepsi pengurangan risiko bencana lintas sektor.
* Komunikasi ke Akar Rumput: Memperluas jalur komunikasi hingga tingkat desa dan kelurahan untuk penyebaran informasi kesiapsiagaan yang cepat.
* Aktivasi Sistem Dini: Mengaktifkan posko siaga dan sistem peringatan dini (EWS) di wilayah-wilayah yang masuk zona rawan bencana.
Pemkot Batu juga telah mengambil langkah mitigasi konkret. Salah satunya adalah revitalisasi saluran air dengan pemasangan box culvert di jalan-jalan utama.
Selain itu, tim gabungan telah melakukan susur sungai di 94 titik rawan di wilayah Sungai Sumberbrantas, Pusung Lading, Glagah Wangi, dan Krecek. Ini adalah bagian dari upaya pemetaan daerah rawan dan penguatan sistem peringatan dini yang terus digencarkan.
Berkat upaya kolaboratif ini, Indeks Risiko Bencana (IRB) Kota Batu berhasil turun dari 81,0 (2023) menjadi 75,21 (2024), menunjukkan dampak positif dari fokus pada tindakan preventif.
Setelah apel, kesiapan ini langsung diuji melalui simulasi tanggap bencana yang melibatkan seluruh peserta. Simulasi ini bertujuan untuk menguji kesiapan personel dan memperkuat koordinasi lintas sektor di lapangan, mempersiapkan Kota Batu menghadapi skenario terburuk dari ancaman musim penghujan. (fr)












