Pentas Padhang Bulan, Gaung Perkusi Wayang di Sendra Tari Arjuna Wiwaha Batu

Gaung Perkusi Wayang saat tampil pada pentas padang bulan di Sendra Tari Arjuna Wiwaha Batu. (Ist)

Kabarjagad, Kota Batu – Suasana Amphyteather Sendratari Arjuna Wiwaha di Kelurahan Sisir, Kota Batu, pada Selasa (7/10) malam, pecah oleh gemuruh energi yang memukau. Dalam rangka menyambut Hari Jadi ke-24 Kota Batu, sebuah pertunjukan spektakuler digelar, yakni “Pentas Padhang Bulan: Gaung Perkusi Wayang” sukses memikat ribuan penonton. Acara ini bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah kolaborasi eksploratif yang menyandingkan irama perkusi modern yang dinamis dengan pakem klasik wayang kulit.

Pertunjukan yang dimulai sekitar pukul 19.30 WIB ini langsung memikat perhatian. Diawali dengan hentakan musik perkusi yang atraktif, sejumlah kelompok seni kenamaan Kota Batu silih berganti tampil memamerkan keahlian mereka. Antusiasme penonton terlihat jelas, memadati amphyteather terbuka dan gratis ini untuk menikmati perpaduan seni lintas genre.

Sejumlah seniman dan sanggar seni terkemuka turut ambil bagian, menegaskan kualitas pagelaran. Mereka termasuk Ganttaka, Blenggur Company Percussion, B3 Ilustralektrical Percussion, Sanggar Surya Laras, dan Sanggar Sekar Amertani. Tak ketinggalan, para dalang muda berbakat seperti Ki Rafi Nyoto Suryo Darsono dan Mas Dalang M. Rafiddias Aufa memimpin sajian wayang, berkolaborasi dengan seniman visual seperti Dewa Tyuphan dan Adhikari Wisanggeni.

Luhur Ayom Pamungkas, Operator Lapangan Pentas Padhang Bulan, menjelaskan bahwa pagelaran kali ini merupakan wujud nyata eksplorasi seni. Konsep utamanya adalah mengombinasikan irama perkusi yang cenderung modern dengan pakem klasik wayang kulit.

“Pentas kali ini menjadi rangkaian pertunjukan perkusi yang kami kolaborasikan dengan wayang kulit. Selain melestarikan budaya, kami ingin menunjukkan bahwa kesenian tradisional tetap bisa adaptif dan dinikmati semua kalangan, termasuk generasi muda,” terang Ayom.

Dalam pertunjukan ini, kisah epik tentang Semar, Rahwana, dan Rama Wijaya dihadirkan dengan cara yang unik. Cerita klasik tentang kemenangan kebaikan atas keangkaramurkaan itu ditampilkan melalui dua layar di atas panggung amphyteather, berpadu harmonis dengan alunan musik perkusi yang dinamis dan sentuhan visual yang segar.

Ayom menambahkan, pagelaran seperti ini diharapkan dapat menjadi ruang ekspresi yang berkelanjutan bagi para pelaku seni di Kota Batu. Ia berharap, di momen Hari Ulang Tahun (HUT) ke-24 Kota Batu, seni dan budaya lokal akan terus berkembang.

“Harapannya, setiap bulan ada pentas seperti ini agar para seniman bisa terus berkarya dan memiliki wadah untuk menunjukkan kreativitas mereka,” ujarnya penuh harap.

Pertunjukan lalu ditutup dengan suasana yang semakin meriah. Para seniman bergabung dalam tarian bersama, diikuti oleh puncak acara berupa pesta kembang api yang gemerlap di langit malam. Penutup yang meriah ini menjadi tanda semangat kebersamaan warga Kota Batu dalam merayakan hari jadinya, sekaligus menegaskan bahwa denyut seni dan budaya di Kota Batu masih kuat bergaung di lereng Gunung Arjuno. (fr)

Bagikan

Tinggalkan Balasan