Wali Kota Batu Nurochman (tengah) usai memberikan penganugerahan kepada pelestari seni dan budaya pada Kongres Kebudayaan Kota Batu III di Graha Pancasila Balaikota Among Tani. (Fur/kabarjagad)
Kabarjagad, Kota Batu – Komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Batu dalam memajukan kebudayaan lokal semakin kokoh. Kongres Kebudayaan Kota Batu III yang digelar secara berkesinambungan pada 19 Agustus, 25 Agustus dan ditutup di Gedung Graha Pancasila Balaikota Among Tani Kota Batu Selasa (26/8/2025) yang telah menghasilkan lima rekomendasi penting. Rekomendasi ini diharapkan menjadi landasan kebijakan konkret untuk melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan aset budaya sebagai penggerak pariwisata dan identitas daerah.
Sunarto, Ketua Dewan Kesenian Kota Batu yang kini bertransformasi menjadi Dewan Kebudayaan Kota Batu, menyampaikan bahwa kongres kali ini mengambil tema “Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah sebagai Akselerasi Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Kota Batu”. Tema ini menekankan pentingnya percepatan implementasi Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) sebagai dasar pengembangan budaya.
“Kota Batu telah menjadi satu-satunya kota/kabupaten di Indonesia yang konsisten mengadakan Kongres Kebudayaan. Dan kami siap menjadi prototype dewan kebudayaan di Indonesia,” ujar Sunarto, menunjukkan keseriusan Kota Batu sebagai percontohan bagi daerah lain.
Lima rekomendasi yang dihasilkan merupakan perwujudan dari aspirasi para pelaku seni dan budaya. Rekomendasi tersebut meliputi:
* Integrasi Program: Pemajuan kebudayaan harus dimasukkan ke dalam program kerja setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
* Museum Kebudayaan Daerah: Mendorong Pemkot Batu untuk segera memiliki museum kebudayaan daerah sebagai pusat pelestarian dan edukasi.
* Dukungan Anggaran: Memastikan dukungan anggaran yang memadai dari APBD dan APBN untuk program-program kebudayaan.
* Peraturan Daerah (Perda): Percepatan penerbitan Peraturan Daerah (Perda) terkait pemajuan kebudayaan untuk memberikan payung hukum yang kuat.
* Pengembangan Lokal: Mendorong penguatan dan pemajuan kebudayaan dari tingkat desa/kelurahan hingga kota.
Menanggapi rekomendasi terkait museum, Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Onny Ardianto, menyatakan bahwa lokasi museum dan galeri di Kelurahan Sisir akan dikaji lebih lanjut. “Memang kita sudah memiliki bangunan yang ada di kelurahan Sisir, bangunan museum dan galeri. Tapi secara keabsahan ataupun legalitas bahwa itu layak dinyatakan sebagai museum, mungkin akan kita lakukan kajian terlebih dahulu. Karena, sesuai dengan petunjuk pimpinan memang itu nanti akan dikembangkan sebagai kawasan Art Fenner. Nah, harapannya di museum itu juga bisa memajang galeri-galeri atau karya seni,” jelas Kadisparta Onny.

Menurutnya, bahwa Kongres Kebudayaan di Kota Batu ini adalah satu-satunya di Jawa Timur, bahkan di tingkat kota/kabupaten se-Indonesia. Ia juga menambahkan bahwa kongres ini merupakan bukti nyata komitmen Pemkot dalam mendukung pemajuan kebudayaan yang juga mendukung kepariwisataan di Kota Batu.
“Secara keseluruhan memang harapannya pemajuan kebudayaan di Kota Batu ini bisa terlindungi, melestarikan baik itu SDM-nya ataupun keseniannya, atau kebudayaan itu sendiri. Karena, ternyata minat terkait dengan wisatawan terutamanya dari luar negeri itu ternyata cukup antusias. Tadi saya contohkan ketika saya hari Sabtu itu di acara “Ngudek Jenang Grendul” itu ternyata juga ada wisatawan dari manca negara, dari Serbia. Kemudian di karnaval ataupun bersih desa yang dilaksanakan di desa, banyak antusias dari wisatawan dari manca negara. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan yang ada di Kota Batu itu semakin diminati oleh wisatawan,” ujar Kadisparta Onny Ardianto.
Sementara itu, Nurochman selaku Wali Kota Batu menegaskan kesiapan pemerintah untuk menerima dan mengimplementasikan rekomendasi tersebut menjadi kebijakan konkret. Menurutnya, pemahaman jati diri Kota Batu harus diturunkan ke generasi berikutnya.
“Rekomendasi ini bisa menjadi muatan lokal di sekolah-sekolah, seperti mengajarkan ‘Boso Mbatuan’ dan kekayaan budaya lainnya. Selanjutnya, Saya memberi ruang kepada teman-teman budayawan untuk menjadi bagian penting dari proses belajar mengajar anak-anak melalui program praktisi mengajar. Maka budayawan itu saya ingin sebagai praktisi, mau seniman, mau apa, ini bisa masuk sekolah melalui program praktisi mengajar. Supaya apa? Supaya itu ada tambahan ekstra kurikuler pelajaran-pelajaran lokal yang juga menjadi penguat dari karakteristik anak-anak Batu,” kata Wali Kota Nurochman.
Langkah ini diharapkan tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga memperkuat karakter dan identitas anak-anak di Kota Batu. Dengan adanya payung hukum, dukungan anggaran, dan keterlibatan aktif semua pihak, masa depan kebudayaan Kota Batu diproyeksikan semakin cerah.
Dengan Kongres Kebudayaan Kota Batu III yang melahirkan lima rekomendasi ini, diharapkan dapat melahirkan kebijakan yang konkret dan berkelanjutan, serta mempercepat langkah Kota Batu menuju kota pariwisata yang kuat dengan akar budaya yang kokoh. (Fr)