Inovboyo 2025 Surabaya Jadi Laboratorium Kreativitas, Budaya, dan Kepemudaan di Era Digital

Inovboyo 2025 Surabaya Jadi Laboratorium Kreativitas,

Kabarjagad, Surabaya – Inovasi Suroboyo (Inovboyo) 2025 menandai era baru bagi Kota Surabaya. Inisiatif ini menyatukan teknologi dan inovasi dengan kearifan lokal untuk membangun ekosistem budaya dan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Transformasi digital ini tak hanya memperkaya budaya kota, tetapi juga memberdayakan generasi muda Surabaya sebagai agen perubahan. Program ini mencakup 4 inovasi kepemudaan dan 16 inovasi budaya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad, menyampaikan bahwa Inovboyo 2025 bertujuan menjadikan Surabaya sebagai barometer inovasi di Indonesia. Inisiatif ini berupaya membuka kesempatan luas bagi ide-ide kreatif yang memberikan manfaat nyata.

“Perhatian besar dalam kategori masyarakat umum diberikan pada Inovasi Sosial Budaya dan Kependudukan, serta kategori baru Inovasi Young Inventor. Hal ini menunjukkan komitmen kuat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mendorong partisipasi aktif pemuda sekaligus melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya melalui sentuhan inovasi,” kata Irvan, Kamis (17/7/2025).

Irvan menjelaskan bahwa saat ini Kota Pahlawan membuktikan bahwa revolusi seni dapat dimulai dari inisiatif Rumah Kreatif yang berlokasi di Balai Pemuda. Rumah Kreatif telah menjadi laboratorium kreativitas bagi Arek Suroboyo dengan menyediakan pelatihan seni dan budaya gratis setiap akhir pekan. 

Lebih dari itu, Rumah Kreatif juga menjadi benteng pelestarian budaya lokal, menghidupkan kembali seni tradisional seperti ludruk, karawitan, dan tari Jawa, sekaligus mendorong pengembangan ekonomi kreatif di tingkat rumah tangga dan kampung. Inovasi ini tidak berhenti di Balai Pemuda, Pemkot Surabaya juga mengembangkan 24 Kampung Kreatif.

“Dengan 13 kelas seni yang beragam, mulai dari sastra, modern dance, tari remo, vokal, seni lukis, karawitan, perkusi, hingga pelatihan MC berbahasa Jawa, program ini berhasil mendemokratisasi seni, memberikan akses gratis bagi seluruh lapisan masyarakat untuk mengembangkan bakat mereka,” jelasnya.

Tak hanya itu saja, sebagai wujud nyata komitmen Surabaya terhadap seni kontemporer, ARTSUBS 2025 akan diselenggarakan pada 2 Agustus hingga 7 September 2025 di Balai Pemuda. Acara ini menghadirkan lebih dari 120 seniman Indonesia lintas medium dengan tema Material Ways atau Jalan Ragam Materi, menggabungkan atmosfer artists fair yang dinamis dengan kedalaman konsep ala biennale.

“ARTSUBS 2025 bukan hanya pameran seni biasa, ini adalah platform strategis untuk branding kota, menempatkan Surabaya sebagai pusat seni kontemporer Indonesia. Selain itu, event ini diharapkan dapat menarik wisatawan dan investor ke sektor seni, sekaligus menjadi platform vital bagi pengembangan talenta seniman muda untuk berkembang dan dikenal luas,” terangnya.

Selain itu, Irvan memaparkan bahwa Pemkot Surabaya memiliki Kampung Tematik sebagai magnet ekonomi kreatif. Sebab, saat  ini, Surabaya telah berevolusi menjadi laboratorium kreativitas terbesar di Indonesia, dengan 44 Kampung Tematik yang tersebar di seluruh kota. Setiap kampung tematik memiliki cerita unik yang mencerminkan identitas lokal yang kuat, mengubahnya menjadi destinasi wisata berkelanjutan yang mengedepankan keunggulan, pariwisata, dan ekologi.

Terdapat tiga kategori kampung tematik yang merefleksikan kekayaan potensi lokal. Pertama, 21 Kampung Unggulan yang menonjolkan kelebihan khusus dalam bidang ekonomi, budaya, pariwisata, pendidikan, dan lingkungan, seperti Kampung Semanggi, Kampung Kue, dan Kampung Lontong.

“Kedua, 17 Kampung Wisata yang menawarkan pengalaman autentik melalui kerajinan lokal, kuliner khas, dan budaya tradisional, contohnya Wethan Wonderland dengan konsep akulturasi budaya lokal dan mancanegara. Dan ketiga, 6 Kampung ekologi yang berfokus pada teknologi hijau, pengelolaan sampah, dan pertanian organik, seperti Kampung Tenggilis Mejoyo yang mendaur ulang tutup botol plastik menjadi perabot,” paparnya.

Visi transformatif Surabaya meluas hingga menjadikan setiap kecamatan sebagai pusat ekonomi kreatif. Rencana program Simpul Kreatif di 31 kecamatan akan menjadi simpul bagi para pelaku ekonomi kreatif untuk menyalurkan ide-ide inovatif dan mengembangkan produk bernilai ekonomis. “Konsep ini juga akan digabungkan dengan visi menghadirkan creative hub dan co-working space di setiap wilayah, sesuai aspirasi pemuda yang disampaikan dalam Musrenbang atau Cangkrukan Arek Suroboyo (CAS),” imbuhnya.

Pemkot Surabaya juga berkomitmen kuat pada transformasi hidup melalui digitalisasi dan pemberdayaan UMKM. Kisah-kisah inspiratif, seperti Kasmono (mantan buruh bangunan) dan Ipah (mantan buruh cuci) yang kini sukses dengan usaha lumpia di Kampung Lumpia serta mampu menghidupi puluhan jiwa, adalah bukti nyata dampak positif dari program ini.

“Surabaya tidak hanya fokus pada pembangunan fisik kampung tematik, tetapi juga mengintegrasikan teknologi digital. Aplikasi E-Peken menjadi inovasi penting yang dirancang untuk mengangkat potensi UMKM dengan memperluas jangkauan pemasaran produk unggulan mereka,” ujar dia.

Program Transformasi Digital UMKM ini bertujuan mengintegrasikan teknologi ke semua sektor usaha, dengan harapan warga akan mendapat pendampingan pemasaran produk berbasis digital. Dampaknya luar biasa, dari tidak sampai 1.000 UMKM terdaftar pada periode 2015-2019, kini ada 60.007 pelaku UMKM yang tercatat hingga November 2024. 

“Program ini juga secara langsung memberdayakan pemuda kreatif, mengubah mereka dari sekadar konsumen menjadi creator yang menghasilkan produk bernilai ekonomis,” katanya.

Surabaya juga optimis menjadi Superhub Megapolitan dengan fokus pada pengembangan Kawasan Kota Lama (menghubungkan Eropa, Arab, Pecinan, Melayu), kampung tematik, dan ekonomi kreatif di setiap kecamatan. Diversifikasi wisata seperti MICE dan Medical Tourism juga akan dikembangkan.

“Model Surabaya menunjukkan bahwa inovasi bisa dimulai dari masyarakat bawah, menciptakan kohesi sosial dan kebanggaan lokal. Setiap kampung tematik berperan sebagai penggerak ekonomi lokal, meningkatkan pendapatan warga melalui produk unggulan. Dengan mengintegrasikan tradisi, inovasi, dan teknologi, Surabaya telah menciptakan cetak biru pembangunan berkelanjutan yang dapat diikuti kota lain,” tuturnya.

Adapun inovasi dalam kategori kepemudaan, seperti Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbudporapar) Surabaya adalah Rumah Kreatif untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam industri kreatif, dan Koridor Co-Working Space untuk mendorong perekonomian kreatif lokal.

Kecamatan Genteng Surabaya dengan inovasinya berupa Gercep untuk mencegah pernikahan dini, Kecamatan Genteng Surabaya meluncurkan inovasi berupa Getar untuk gerakan Karang Taruna, dan Kecamatan Sukolilo Surabaya melalui inovasinya berupa Podolilo untuk pemberdayaan pemuda pemudi.

Sedangkan inovasi dalam kategori budaya, seperti Kecamatan Benowo Surabaya dengan inovasinya berupa Kampung Lawas ex Lokalisasi untuk mengubah citra negatif dan pemberdayaan, serta inovasi Kampung Tematik Tengger untuk pelestarian budaya dan pariwisata. 

Kecamatan Bubutan Surabaya dengan inovasi berupa Kampung Batik Tin sebagai industri batik, Kampung Lawas Maspati untuk melestarikan budaya serta sejarah lokal , dan Kampung Batik Okra sebagai tempat memberdayakan masyarakat.

Kecamatan Genteng Surabaya meluncurkan sejumlah inovasi dalam kategori budaya, antara lain Kampung Lumpia sebagai lokasi kuliner tradisional, Kampung Herbal RW 8 untuk pengembangan tanaman herbal, Kampung Batik Ecoprint RW 9 sebagai pusat seni batik ecoprint, Kampung Wisata Heritage Peneleh untuk melestarikan warisan sejarah dan budaya, serta Kampung Wisata Ketandan RW 4 untuk melestarikan budaya lokal.

Kecamatan Gubeng Surabaya meluncurkan inovasi berupa Kumpulan Batik Viaduct sebagai industri batik, Kecamatan Krembangan Surabaya dengan inovasinya Kampung Parikan untuk melestarikan seni budaya parikan Ludruk, dan Kecamatan Semampir Surabaya dengan inovasinya adalah Jajanan Kuliner khas Ampel untuk melestarikan tradisi kuliner Arab – Indonesia.

Serta, Kecamatan Wonokromo Surabaya dengan inovasinya berupa Taman Tematik Asriboyo sebagai lokasi wisata dan edukasi tematik, serta Kampung Jamu untuk mengenalkan kembali jamu tradisional.

Karena itu, Inovboyo 2025 juga diharapkan dapat melahirkan Generasi Inovator Surabaya, yakni anak-anak muda dengan mentalitas pemecah masalah yang akan membawa Surabaya ke panggung dunia, serta turut menjadikan kota ini sebagai Living Innovation Ecosystem di mana setiap sudutnya bernapas dengan inovasi. Ini adalah langkah konkret menuju visi Surabaya 2050 sebagai kota inovatif yang berkelanjutan dengan dukungan partisipasi aktif masyarakat dan aparatur pemerintah daerah.

“Inovboyo 2025 resmi dibuka pada 17 Juni 2025, mengusung tema besar Inovasi dalam rangka peningkatan kualitas Infrastruktur dan mitigasi bencana, namun tetap memberikan ruang bagi inovasi lintas sektor. Penjurian akan dilakukan oleh tim profesional dari akademisi, BSKDN Kemendagri, dan BRIDA Jawa Timur. Nantinya, para pemenang mendapatkan peluang implementasi inovasi dalam program Pemkot Surabaya,” pungkasnya. (irm)

Bagikan

Tinggalkan Balasan