Jatim  

Wali Kota Mojokerto Bagikan Makna Spirit Of Majapahit

Kabarjagad, Kota Mojokerto – Menyemarakkan Milad Sekolah Islam Terpadu Permata Mojokerto yang ke-22, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menjadi narasumber dalam Podcast Permata Talk’s yang digelar pada Selasa (8/3/2022) di Ruang Sabha Pambojana Rumah Rakyat, Jl. Hayam Wuruk 50, Kota Mojokerto.

Pada kesempatan ini, Wali Kota yang akrab disapa Ning Ita ini menjelaskan bahwa tagline “Spirit of Mojopahit” yang menjadi jargonnya bermakna bahwa warga Mojokerto merupakan keturunan Kerajaan Majapahit, dimana Kerajaan Majapahit tidak akan menjadi besar tanpa sumber daya manusia yang mumpuni.

“Kota Mojokerto adalah kota terkecil kedua se-Indonesia, apa potensi nya? apa yang mau dimaksimalkan? Untuk itu kita harus berfikir lebih jauh, bahwa kita adalah keturunan majapahit. Apa yang bisa kita kembangkan. Spirit itu kan motivasi, nenek moyang kita ahli bernegosiasi, kekuatan bisa bernegosiasi menjadi super power. Kalau nenek moyangnya cerdas masak anak cucunya tidak tambah cerdas?” tutur Ning Ita.

Wali kota juga menyampaikan bahwa sebagai keturunan majapahit harus punya semangat dan motivasi sebagaimana nenek moyang terdahulu, sehingga tidak akan sulit bagi generasi muda saat ini untuk mengembangkan potensi untuk membangun dan memajukan Kota Mojokerto. 

“Kecil bukan sebuah hambatan, sedikitnya potensi bukan sebuah keluhan yang harus kita sampaikan tapi justru dengan potensi yang terbatas dengan wilayah yang tidak begitu luas, saya bisa membuat berbagai inovasi dan menghantarkan memperoleh berbagai penghargaan.” kata Wali Kota.

Ia menambahkan bahwa inovasi harus terus lahir, karena tuntutan perkembangan zaman jauh lebih cepat daripada kemampuan yang dimiliki, oleh karena itu harus menguatkan kerjasama pentahelix dengan banyak pihak diluar pemerintahan baik pihak swasta, akademisi serta komunitas dalam masyarakat.

Dalam podcast yang dipandu oleh Ketua Yayasan Permata Mojokerto Makhfud Kurniawan Hidayat, Ning Ita juga menyampaikan bahwa “Spirit of Mojopahit” selain menjadi semangat untuk terus berinovasi juga tertuang dalam pembangunan infrastruktur. 

Salah satunya adalah Menara Tribuana Tungga Dewi yang ada di pemandian Sekarsari. Ia menuturkan bahwa bangunan ini merupakan legacy-nya selama memimpin di Kota Mojokerto.

Dimana Ratu Tribuana Tungga Dewi adalah sosok seorang ibu dan juga pemimpin yang rela bersusah payah untuk menyiapkan sistem pemerintahan yang baik bagi putranya ketika naik tahta. 

“Saya mengambil spirit dari kebesaran hati seorang ibu, ketika sementara waktu harus menggantikan putranya untuk naik tahta, bahwa perempuan ketika memimpin yang dipikirkan bukan hanya tentang dirinya sendiri, tapi bagaimana keberlanjutan pemerintahan setelahnya harus tetap baik dan menjadi lebih baik.” katanya.(hms/mar)
 
 
 

Bagikan

Tinggalkan Balasan