Makna dan Asal Usul Ketupat dalam Tradisi Lebaran Jawa

Ketupat menjadi salah satu elemen penting dalam perayaan Lebaran di Pulau Jawa. Sunan Kalijaga, seorang ulama besar, memperkenalkan ketupat tidak hanya sebagai makanan, tetapi juga sebagai simbol dakwah Islam. Selain sebagai hidangan khas Lebaran, ketupat mengandung makna mendalam yang menggambarkan kebersamaan dan pengakuan atas kesalahan.

Sejarah ketupat bermula pada abad ke-15, pada masa Kerajaan Demak. Sebelum Islam masuk ke Jawa, masyarakat setempat sudah mengenal ketupat sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Dewi Sri. Sunan Kalijaga mengadaptasi tradisi ini dengan makna baru, di mana kata ‘ketupat’ berasal dari istilah ‘ngaku lepat’, yang berarti mengakui kesalahan. Ini menunjukkan bagaimana ketupat bukan hanya sekadar hidangan, tetapi juga alat introspeksi bagi umat Islam.

Selain makna pengakuan, ketupat memiliki simbolisme yang kaya. Anyaman janur kuning yang melambangkan kesalahan dan bentuk segi empat ketupat menunjukkan kemenangan umat Islam setelah menjalani puasa selama sebulan. Kompleksitas anyaman janur menggambarkan kerumitan masyarakat Jawa pada masa itu, dan juga mengingatkan kita untuk menjaga silaturahmi. Hingga saat ini, tradisi Lebaran ketupat tetap dilaksanakan sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Lebaran di Indonesia.

Bagikan

Tinggalkan Balasan