Kabarjagad, Lamongan – Syekh Maulana Ishaq merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di Pulau Jawa.
Meskipun namanya tidak termasuk dalam jajaran Walisongo yang lebih populer, peran dan kontribusinya dalam mengenalkan ajaran Islam patut untuk dikenang dan dihargai.
Setelah meninggalkan Blambangan, Syekh Maulana Ishaq melanjutkan perjalanan dakwahnya. Beberapa catatan menyebutkan beliau kembali ke Pasai (Sumatera) dan kemudian wafat di Tumasik (Singapura), yang pada saat itu masih merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Samudera Pasai.
Namun, terdapat pula pendapat yang menyatakan makam beliau berada di Desa Kemantren, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Keberadaan beberapa lokasi yang diklaim sebagai makam beliau menunjukkan betapa pentingnya sosok ini dalam ingatan masyarakat.
Terdapat beberapa versi mengenai asal usul Syekh Maulana Ishaq. Sebagian sumber menyebutkan beliau berasal dari Samarkand (kini wilayah Uzbekistan), sementara sumber lain menyatakan beliau datang dari Jeddah, Arabia.
Namun, mayoritas catatan sejarah sepakat bahwa Syekh Maulana Ishaq adalah putra dari Syekh Jumadil Kubro, seorang ulama besar yang juga memiliki peran signifikan dalam dakwah Islam di awal kedatangannya ke Nusantara.
Beliau juga merupakan saudara dari Syekh Maulana Malik Ibrahim, tokoh yang diyakini sebagai salah satu perintis awal penyebaran Islam di Jawa. Dengan demikian, Syekh Maulana Ishaq memiliki garis keturunan yang terhormat dan keilmuan yang kuat sejak lahir.
Syekh Maulana Ishaq diperkirakan datang ke Jawa pada awal abad ke-15 Masehi. Beliau tidak langsung menetap di satu tempat, melainkan bergerak dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyebarkan ajaran Islam.
Catatan sejarah menunjukkan keterkaitan beliau dengan beberapa tokoh dan wilayah penting. Syekh Maulana Ishaq sempat bertemu dengan Sunan Ampel di Surabaya, yang juga merupakan keponakannya.
Salah satu wilayah yang menjadi fokus dakwah Syekh Maulana Ishaq adalah Kerajaan Blambangan di Jawa Timur. Di sana, beliau menghadapi tantangan yang cukup besar mengingat kuatnya pengaruh agama Hindu-Buddha. Namun, dengan kebijaksanaan dan karamah yang dimilikinya, Syekh Maulana Ishaq berhasil menarik perhatian masyarakat.
Syekh Maulana Ishaq dikenal memiliki kemampuan dalam bidang pengobatan dan seringkali membantu penduduk setempat yang sedang sakit. Salah satu kisah terkenal adalah keberhasilannya menyembuhkan putri Raja Blambangan, Dewi Sekardadu, dari wabah penyakit. Peristiwa ini membuka jalan bagi banyak penduduk Blambangan untuk memeluk Islam.
Dalam menjalankan dakwahnya, Syekh Maulana Ishaq tidak hanya menyampaikan ajaran agama secara lisan. Beliau juga mendirikan masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan pendidikan. Selain itu, Syekh Maulana Ishaq juga membangun tempat bermusyawarah yang dikenal sebagai Bayang Gambang, yang berfungsi sebagai wadah untuk membahas strategi dakwah dan mengajarkan ilmu agama kepada para pengikutnya.
Peristiwa penting dalam kehidupan Syekh Maulana Ishaq adalah pernikahannya dengan Dewi Sekardadu, putri dari Raja Blambangan, Prabu Menak Sembuyu.
Dari pernikahan ini, lahirlah seorang putra yang kelak dikenal sebagai salah satu Walisongo yang sangat berpengaruh, yaitu Raden Ainul Yaqin atau Sunan Giri.
Namun, pernikahan Syekh Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu tidak berlangsung lama, karena berbagai alasan, termasuk perbedaan keyakinan dengan Raja Blambangan.
Syekh Maulana Ishaq meninggalkan Blambangan dan menyerahkan putranya kepada seorang saudagar kaya dari Gresik bernama Nyai Ageng Pinatih untuk diasuh.
Meskipun tidak termasuk dalam kelompok inti Walisongo, Syekh Maulana Ishaq memiliki peran yang sangat signifikan dalam peletakan dasar Islam di Jawa Timur, khususnya di wilayah Blambangan dan Gresik.
Syekh Maulana Ishaq adalah seorang perintis dakwah yang gigih, memiliki kemampuan spiritual dan sosial yang tinggi, serta menjadi ayah dari salah satu tokoh sentral penyebaran Islam di Jawa, Sunan Giri. Jejak dakwah beliau dapat ditemukan melalui masjid-masjid kuno dan cerita-cerita rakyat yang masih hidup hingga kini.
Makamnya, di manapun lokasinya, menjadi ziarah yang ramai dikunjungi sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara. Kombinasi antara penyembuhan, pendidikan, pembangunan infrastruktur keagamaan, dan pernikahan strategis menjadi metode dakwah yang efektif pada masanya. (Az)
Syekh Maulana Ishaq, Perintis Dakwah Islam di Tanah Jawa
