KJ,Surabaya – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa oleh Tongmyong Univercity, Busan, Korea Selatan (Korsel), Senin (30/9/2019). Gelar kehormatan itu disematkan atas profesionalisme dan dedikasinya dalam bidang arsitektur.
Pada kesempatan itu, wali kota yang juga menjabat sebagai Presiden UCLG Aspac ini mengenakan toga Universitas Tongmyong saat menerima gelar Doktor Honoris Causa ini. Bagi dia, gelar Doktor Honoris Causa ini sudah yang kedua kalinya didapatkan dari kampus yang berbeda. Setelah sebelumnya gelar Doktor Honoris Causa diberikan oleh Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada tahun 2015.
Dalam sambutannya, Wali Kota Risma mengucapkan terima kasih kepada Rektor dan Komite Universitas Tongmyong atas penganugrahan gelar yang disematkan padanya. Selain itu, ucapan terima kasih juga disampaikan untuk warga Surabaya yang sudah bersama-sama dalam mengembangkan kota.
“Bapak ibu yang terhormat, Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia dengan populasi 3,4 juta jiwa, kota ini berperan sebagai pusat pengembangan di Indonesia timur. Itu lah mengapa ruang publik menjadi salah satu prioritas kami,” tutur Wali Kota Risma mengawali sambutannya.
Ia menjelaskan ruang publik yang ada di Surabaya sangat beragam. Salah satunya adalah taman kota, karena taman merupakan arena rekreasi yang murah dan menunjuang interaksi warganya. Menurutnya, dengan membangun taman kota, maka secara bersamaan ia membangun pula peluang bagi masyarakat untuk saling melakukan interaksi. “Pembangunan taman ini memiliki banyak manfaat,” kata dia.
Dari tahun ke tahun, kuantitas ruang terbuka hijau di Surabaya terus mengalami peningkatan. Ia memastikan selama tahun 2018, jumlah ruang terbuka hijau mencapai 21,94 persen. Bahkan, Wali Kota Risma juga menjelaskan dalam disertasinya tentang penataan kota, taman umum dan taman di sepanjang tepi sungai menjadi sangat penting.
“Dalam melakukan managemen perkotaan, memang sangat kompleks karena melibatkan banyak sektor dan pemangku kepentingan,” imbuhnya.
Oleh karena itu, pembangunan yang diakukan harus mampu menjembatani dua aspek. Yaitu aspek fisik dan non-fisik. “Aspek fisik adalah infrastruktur perkotaan, sedangkan aspek non fisiknya ialah sumber daya manusia dan ekonomi kota,” katanya.
Di kesempatan yang sama, Wali Kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga memaparkan bahwa Surabaya telah mencapai lebih dari 30 persen ruang hijau publik sesuai dengan undang-undang yang merupakan sinergi dari pemkot. “Ini semua berkat masyarakat dan sektor swasta yang memiliki tujuan sama,” tegas dia.
Tidak hanya itu, Wali Kota Risma juga memaparkan berbagai keberhasilannya dalam membangun Kota Pahlawan. Diantaranya adalah taman kota, hutan kota, kawasan konservasi, jalur hijau, danau, waduk, perbatasan sungai, dan lapangan olahraga, “Bahkan dulunya sebelum tahun 2007, Surabaya yang hanya memiliki beberapa ruang publik, kini sudah mencapai ratusan, taman umum misalnya ada 475 taman,” paparnya.
Ia menambahkan, keberhasilan lainnya yang juga dirasakan oleh warga Kota Surabaya adalah penurunan banjir dari yang semula 50 persen kini hanya tinggal 2 persen, turunnya suhu udara 2 derajat, dan penurunan tingkat penyakit. “Lalu jumlah wisatawan selalu meningkat, dari 15 juta tahun 2015, menjadi 27 juta orang pada 2018,” imbuhnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Tongmyong Dr. Jung Hong Sup, mengatakan, Wali Kota Risma adalah seorang birokrat yang berbeda. Setiap pembangunan yang dilakukan, tidak hanya sebatas fisik saja namun terdapat falsafahnya. “Bu Risma sangat mencintai hubungan Busan dengan Surabaya. Tidak hanya itu, pertukaran pelajar dari Kota Surabaya pun sering dilakukan,” kata Jung Hong Sup.
Seusai penyematan gelar, diakhir acara Wali Kota Risma beserta jajarannya memberikan sebuah pertunjukkan, yakni memainkan alat musik angklung dengan membawakan beberapa lagu asli Surabaya. Setelah menyaksikan penampilan itu, Jung Hong Sup memberikan apresiasi tersendiri kepada Wali Kota Risma.
“Suara bambunya terdengar alami sekali seperti suara angin. Bu Risma memilih main bersama dengan staffnya mencerminkan pemimpin yang totalitas, demokratik dan juga sangat ramah,” imbuh dia.
Ia berharap dari kerjasama yang sudah 25 tahun ini, Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Busan terus meningkatkan kerjasamanya di berbagai bidang. Seperti bidang, pendidikan, ekonomi, lingkungan dan lalu lintas umum. “Semoga berikutnya lebih banyak masyarakat Surabaya yang melanjutkan studi di Universitas Tongmyong, terlebih universitas ini menonjolkan Infomation Communication Teknologi (ICT),” pungkasnya. (yud)