Lima Tokoh Adu Strategi Dalam Debat Cawali Yang Digelar PSI Kota Surabaya

KJ, Surabaya – Lima Tokoh muda adu strategi dan memaparkan visi-misi, dalam debat terbuka secara online yang digelar oleh DPD Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Surabaya, Sabtu (04/07/20).

Ketua DPD PSI Surabaya, Josiah Michael mengatakan, PSI menggelar debat untuk menjaring bakal kandidat Wali Kota Surabaya 2020 – 2025.

“Debat digelar secara online untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.”ujarnya dalam siaran pers DPD PSI Kota Surabaya, Sabtu (04/07/20).

Ia menambahkan, debat bakal kandidat Wali Kota Surabaya oleh PSI ini diikuti lima kandidat. Mereka adalah Andy Budiman, Budi Santoso, Dwi Astutik, Sally Azaria, dan Zahrul Azhar Asumta.

“Sementara itu, tim panelis terdiri dari Dekan Fakultas Hukum Universitas Narotama, Rusdianto Sesung, dan Wakil Sekjen DPP PSI, Danik Eka Rahmaningtyas.”ungkap Josiah.

Kandidat Wali Kota Surabaya, tokoh muda Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans dalam visi misinya menegaskan, bahwa dirinya akan membawa Surabaya memiliki daya saing global, sembari mempertahankan nilai-nilai lokal dan kebudayaan yang ada.

Gus Hans menekankan bahwa ia akan mengembalikan identitas Surabaya sebagai kota perdagangan dan kemaritiman.

“Kami ingin mengembalikan Surabaya sebagai Kota Indamardi (industri, dagang, maritim dan pendidikan). Karena itu, potensi-potensi yang ada di Surabaya ini akan kita dapatkan dengan cara bersinergi dan membangun komunikasi,” pungkasnya.

“Visi saya adalah mewujudkan Surabaya Kota yang Berkarakter dan berdaya saing global yang berbasis kultur dan budaya, dan dilakukan secara transparan dalam pengelolaannya,” kata Gus Hans seperti yang disiarkan langsung di akun resmi YouTube PSI, Sabtu 4 Juli 2020.

Untuk mengejar visi itu, Gus Hans telah merancang beberapa misi. Pertama, menurutnya, perlu dibangun tata kelola yang baik di lingkungan Pemkot Surabaya dalam melayani masyarakat Surabaya.

“Hal penting adalah good governance, untuk mewujudkan ini perlu komitmen dari para birokrat yang akan melayani masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, sebagai kota besar yang majemuk, Surabaya juga harus menjamin warganya hidup dalam toleransi tinggi. Gus Hans menambahkan, tidak boleh ada rasa superioritas dan inferioritas berbasis SARA di Surabaya, jika ia memimpin kota itu untuk 5 tahun mendatang.

“Selanjutnya adalah good relationship, ini sangat penting karena Surabaya sebagai kota dengan budaya yang beragam, maka komunikasi lintas agama, lintas suku, dan lintas ras yang ada di Surabaya harus terbangun dengan sangat baik. Tidak boleh ada mayoritas yang menguasai minoritas dan tidak boleh ada minoritas yang merasa tertindas oleh mayoritas,”ungkap Gus Hans.(Tris)

Bagikan

Tinggalkan Balasan