KJ,Surabaya – Pemkot Surabaya yang saat ini sedang mencari investor untuk mengelola Hi-Tech Mall dinilai sudah terlambat.
Pasalnya, dikhawatirkan adanya mafia-mafia investor yang sengaja masuk seolah-olah ingin mengelola, tapi sebaliknya merongrong pemilik asli Hi-Tech Mall yaitu, Pemkot Surabaya.
Seharusnya, sebelum masa kontraknya dengan pihak swasta habis, mestinya jangan dulu diputus kontrak.
Hal ini diungkapkan oleh anggota Komisi C DPRD kota Surabaya, Buchori Imron kepada wartawan di gedung DPRD kota Surabaya, Kamis (13/02/20).
Ia mengatakan, sesuai dengan aturan memang diperbolehkan jika yang mengelola Surabaya Mall saat ini Hi-Tech Mall adalah investor, bahkan dikontrak sampai 30 tahun.
Mestinya, ujar Ketua PPP Kota Surabaya ini, sebelum masa kontrak itu habis harusnya Pemkot Surabaya langsung mencari pengganti investor lain, untuk meneruskan pengelolaan Hi-Tech Mall.
“Jadi saya menilainya sangat terlambat.”tegasnya.
Lebih lanjut Buchori mengatakan, lokasi Hi-Tech sangat strategis, oleh karenanya sangat disayangkan jika keberadaan Hi-Tech Mall para tenant atau pedagangnya dibiarkan lama nganggur, akibat ketidakjelasan pengelolaan mall IT terbesar di kawasan Indonesia Timur tersebut.
“Kasihan pedagang dan karyawan yang ada di Hi-Tech Mall.”kata Buchori.
Dirinya kembali menerangkan, jika dikelola oleh Pemkot Surabaya bukannya tidak setuju, hanya saja pengelolaan mall semestinya oleh orang yang ahlinya.
Sementara di Pemkot, ujar Buchori, apakah ada SDM nya yang ahli mengelola pusat perbelanjaan atau Mall seperti, Hi-Tech Mall.
Kedua, selama ini apakah pernah ada BUMD yang dikelola langsung dibawah Pemkot Surabaya maju pesat perusahaan daerahnya, kecuali PDAM.
Buchori Imron kembali menegaskan, jika Pemkot saat ini sedang mencari investor untuk mengelola Hi-Tech Mall saya bilang terlambat.
“Belum lagi Pemkot Surabaya harus mewaspadai adanya mafia-mafia investor, ditengah huntingnya Pemkot Surabaya mencari investor untuk mengelola Hi-Tech Mall.”ungkapnya.(Tris)