Prajurit Divif 2 Kostrad saat menyusuri zona berbahaya erupsi gunung Semeru. (Ist)
Kabarjagad, Lumajang – Pasca erupsi meletusnya Gunung Semeru pada 19 November 2025, prajurit Divisi Infanteri 2 Kostrad menunjukkan dedikasi tanpa batas dengan menerobos langsung zona yang dikategorikan masih berbahaya.
Di bawah komando cepat Pangdivif 2 Kostrad, Mayjen TNI Susilo, Tim Aju Siap Bergerak (S3B) diterjunkan ke titik paling rawan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, pada Sabtu (22/11/2025) melaksanakan misi kemanusiaan, yakni mencari warga yang terisolasi sekaligus melakukan asesmen kritis di medan yang mencekam.
Sejak pagi hingga malam, pasukan elite ini bergerak menembus cuaca mendung dan kondisi wilayah yang labil. Aktivitas vulkanik Semeru meninggalkan wilayah Supiturang dalam kondisi sangat rawan, namun keberanian para prajurit Kostrad tidak surut. Kehadiran mereka bukan sekadar formalitas, melainkan bukti nyata pengabdian taktis TNI kepada rakyat di tengah bencana.
“Dari medan berbahaya, prajurit hadir bukan hanya sebagai penjaga, tetapi sebagai pengayom. Pengabdian TNI adalah untuk rakyat, demi Indonesia yang selamat dan berdaulat,” demikian tegas pernyataan yang dirilis Divif 2 Kostrad.
Berdasarkan peninjauan dan asesmen menyeluruh yang dilakukan Tim S3B, didapatkan data terkini mengenai dampak erupsi:
* Korban Luka: Tiga (3) warga menderita luka bakar serius akibat terjangan awan panas dan kini menjalani perawatan intensif di RSUD Lumajang dan Pasuruan.
* Situasi Pengungsi: Sebanyak 477 jiwa di Kecamatan Pronojiwo masih bertahan di dua titik pengungsian, sementara wilayah Candipuro dilaporkan telah kembali kondusif.
* Kerusakan Materiil: Total 22 rumah warga luluh lantak, disusul dengan kerusakan parah pada 1 unit sekolah dan 1 gardu PLN. Lahan pertanian dan ternak di sekitar juga mengalami dampak signifikan.
* Ancaman Lanjutan: Meskipun aktivitas masyarakat relatif stabil, tim Kostrad menyoroti ancaman tinggi banjir lahar dingin. Curah hujan tinggi yang terus mengguyur memicu risiko besar luncuran material erupsi dari puncak.
Dalam upaya mitigasi dan support logistik, Prajurit Divif 2 Kostrad dengan cepat mendirikan infrastruktur darurat. Tenda peleton dan dapur lapangan segera dioperasikan untuk memastikan ketersediaan logistik bagi pengungsi dan tim penyelamat.
Di samping itu, mereka melakukan evakuasi barang berharga dan masyarakat yang masih rentan serta memperkuat penyekatan (blokade) di wilayah terdampak untuk mencegah warga kembali ke zona bahaya.
Pos Komando (Posko) utama didirikan di depan Balai Desa Supiturang, diperkuat dengan pos siaga tambahan di Dusun Gemuk Mas dan Dusun Sumber Sari, memastikan respons cepat terhadap dinamika lapangan. Kostrad menegaskan, setiap gerakan dan langkah yang diambil senantiasa berlandaskan pada prinsip keselamatan masyarakat di atas segalanya. (fr)












