Upacara Melasati di Pure Agung Ngobaran, Bupati Berpesan Untuk Selalu Menjaga Toleransi

Kabarjagad, Gunungkidul – Meski diwarani hujan gerimis sejak pagi, pelaksanaan upacara di Hari Raya Nyepi bagi umat Hindhu di Gunungkidul tetap lakukan di Pure Agung Ngobaran, Saptosari dengan peserta terbatas dan taat protokol kesehatan, Selasa (15/2).

Agenda tahunan umat Hindu ini juga hadir Bupati H.Sunaryanta, Ketua DPRD Endah Subekti Kuntariningsih, SE., Kepala Kanwil Kemenag DIY, Asisten I, Gusti Aning, Kabag Pemerintahan, Kepala Kesbangpol, Kepala Organisasi umat Hindu DIY, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepala Dinas Pariwisata, Panewu dan Lurah.

Rombongan Bupati yang hadir di lokasi tersebut disambut antusias oleh sebagian umat Hindu dari beberapa wilayah di DIY bahkan ada umat yang sengaja datang dari Bali dua hari sebelumnya.

Ketua Parisada Hindu Darma Gunungkidul Purwanto berharap dengan agenda tahunan ini dapat mendukung kepariwisataan sebagai wisata spiritual. Pada tahun 2004 lokasi ini mulai di bangun di atas tanah seluas 3000 m2 dengan bantuan dari PHDI Gunungkidul yang difasilitasi pemerintahan kapanewon, kemenag dan Pemda Gunungkidul dan pada tahun 2009 memulai agenda kegiatan ibadah.

“Harapannya dengan kegiatan ibadah Melasti dapat mewujudkan kehidupan yang adem ayem” kata Purwanto

Sementara ketua PHDI DIY I Nyoman Warta memaknai Melasti merupakan ritual sebagai upaya untuk melawan yang maha kuasa.

“Matahari adalah sumber kehidupan, air juga sumber kehidupan, air usada ing bawana air adalah sumber penghidupan maupun pengobatan, karena mengapa kita ke laut, karena laut adalah suci” terangnya.

Disampaikan juga bahwa dalam ajaran Hindu membuang kotoran di udara tidak diperbolehkan meski hanya meludah karena udara sebagai sumber kehidupan. Sementara sesaji merupakan bagian dari ucapan terima kasih atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan lewat alam dan kita kembalikan lagi ke alam semesta agar alam menyediakan makanan untuk kita.

H. Nur Ahmad mewakili Kakanwil Kemenag DIY mengapresiasi kegiatan Melasti ini dan dengan peran dan dukungan serta dorongan dari pemerintah daerah dalam menyokong dan memotifasi seluruh pemegang panggung. 

“Agama menjadi, dari inspirasi umat dapat mewujudkan perbedaan, kesejahteraan dan kedamaian. Agama hakikatnya adalah membawa solusi bukan kerusakan” katanya.

“Perayaan ini menjadi simbol adanya mikrokosmos dan makrokosmos, Agama bukan hanya seremonial ritual dalam formal dan makna yang sempit tetapi agama menjadi penyejuk yang menyangkut seluruh aspek mikro dan makrokosmos, sehingga pelaksanaan Melasti ini patut dilakukan dengan baik” tambah Nur Ahmad

Sementara itu Bupati H.Sunaryanta menyongsong upacara Nyepi yang akan dilaksanakan pada tanggal 3 Maret mendatang.

“pemerintah mengapresiasi dan menyambut baik pelaksanaan Melasti” kata Bupati

Bupati yang hadir mengenakan pakaian surjan lurik warna hijau dan iket kepala hitam, baru pertama kali mengikuti acara ini mengaku merasa memiliki nuansa seperti di Bali. Dengan melihat kondisi lingkungan peribadatan seperti saat ini yang belum sepenuhnya mendukung, harapannya dapat di kluster sehingga dengan kebijakan dapat memanfaatkan dana keistimewaan, setidaknya untuk pembenahan lokasi sekitar, sehingga tempat peribadatan dapat benar-benar mendukung sektor.

Selain itu bupati menyampaikan perlunya meningkatkan toleransi sehingga jika ada sesuatu yang perlu dikomunikasikan akan dijembatani sehingga tercapai terus dapat diwujudkan.

“Jangan sampai ada dan timbul persolan masalah duniawi, Harapannya agama Hindu terus melakukan usaha dengan membangun dirinya sendiri, membangun solidaritas, membangun soliditas dengan yang lainnya sehingga mampu mewujudkan Gunungkidul yang guyup rukun” Pungkas Bupati.(HMS/dam)

Bagikan

Tinggalkan Balasan