Tradisi Suroan

Tradisi Suroan adalah serangkaian upacara adat dan ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya pada malam 1 Suro (1 Muharram dalam kalender Hijriah), yang menandai pergantian tahun dalam penanggalan Jawa. Tradisi ini dianggap sakral dan memiliki makna spiritual serta kebudayaan yang mendalam bagi masyarakat Jawa, terutama di daerah-daerah seperti Yogyakarta, Surakarta, dan Jawa Tengah.

Tradisi Suroan melibatkan berbagai kegiatan, antara lain:
Kirab Malam Satu Suro:
Tradisi ini biasanya dilakukan di Keraton Surakarta, dengan iring-iringan hasil bumi, kerbau bule, dan abdi dalem keraton yang mengenakan pakaian adat Jawa.

Tapa Bisu Mubeng Beteng:
Tradisi ini dilakukan oleh Keraton Yogyakarta, di mana para abdi dalem berjalan mengelilingi benteng keraton dalam keadaan bisu sebagai bentuk introspeksi diri.

Selamatan:
Masyarakat Jawa juga sering mengadakan selamatan, yaitu doa bersama dan dzikir, untuk mensyukuri keberkahan hidup yang telah diterima dan memohon keselamatan di tahun yang baru.

Ziarah Kubur:
Banyak yang melakukan ziarah ke makam leluhur untuk mendoakan dan mengingat jasa mereka.

Ritual di Tempat-tempat Sakral:
Masyarakat juga melakukan ritual di tempat-tempat yang dianggap sakral, seperti sendang (sumber mata air) atau petilasan (bekas tempat bersejarah).

Larangan dan Pantangan:
Ada juga beberapa larangan dan pantangan yang dipercaya berlaku pada malam 1 Suro, seperti tidak boleh keluar rumah pada waktu tertentu atau tidak boleh mengadakan hajatan.

Tradisi Suroan tidak hanya sekadar perayaan pergantian tahun, tetapi juga menjadi momen untuk melakukan introspeksi diri, mempererat tali silaturahmi, dan menjaga kelestarian budaya Jawa.

Bagikan

Tinggalkan Balasan