Kabarjagad, Bojonegoro – Di tengah derasnya arus modernisasi budaya dan meningkatnya potensi intoleransi, Grup Qosidah “EL-BATHUL” dari Desa Bumirejo, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, muncul sebagai penjaga kearifan lokal yang tangguh, sekaligus simbol kekuatan budaya yang mampu mempererat persatuan masyarakat.
Grup seni religi ini baru-baru ini menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) atas bantuan yang diterima melalui Program Bantuan Kearifan Lokal Tahun 2025. Dukungan ini dinilai sangat strategis bagi keberlangsungan aktivitas budaya mereka.
Bantuan tersebut telah meningkatkan sarana dan prasarana EL-BATHUL, sehingga grup ini mampu memperkuat peranannya dalam menjaga identitas budaya sekaligus memperkokoh kohesi sosial di desa.
Sejak berdiri pada 2007, EL-BATHUL telah menjadi denyut nadi kultural Desa Bumirejo. Grup ini memiliki peran ganda: sebagai media dakwah kultural yang persuasif dan sebagai perekat komunitas, bahkan menjadi agen pencegahan konflik sosial di tingkat desa.
Sebelum menerima bantuan, grup ini menghadapi sejumlah kendala. Anggota muda mengeluhkan kualitas suara rebana yang menurun dan sering kendur, sementara para sesepuh menyoroti sound system yang sering pecah saat volume dinaikkan. Kondisi ini membuat penyampaian syiar dan syair sholawat kurang maksimal, sehingga revitalisasi peralatan musik dan sarana pendukung menjadi sangat mendesak.
Ketua Grup Qosidah EL-BATHUL, Muhammad Imam Zamroni, menegaskan bahwa bantuan dari Kemensos RI membawa dampak transformatif bagi kelompoknya.
“Kami, segenap keluarga besar EL-BATHUL, menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah Pusat, melalui Kementerian Sosial, atas kepercayaan dan dukungan yang sangat berarti ini,” ujar Zamroni, Kamis (13/11/2025).
Ia menambahkan,
“Bantuan ini tidak hanya memodernisasi perlengkapan kami, tetapi yang paling penting, telah membangkitkan gairah budaya baru. Ini bukti nyata bahwa perhatian pemerintah mampu memperkuat ketahanan sosial kami secara efektif, mulai dari tingkat desa.”
Satu bulan pasca realisasi bantuan, evaluasi internal menunjukkan hasil yang sangat positif. Frekuensi latihan meningkat drastis, kualitas musik dan vokal jauh lebih baik, sehingga EL-BATHUL kini lebih percaya diri menerima undangan tampil, bahkan dari desa-desa tetangga.
Keberhasilan lain yang membanggakan adalah regenerasi anggota baru. Kehadiran alat musik baru dan seragam yang menarik berhasil menarik perhatian pemuda-pemudi desa. “Tercatat ada penambahan sekitar 10 anggota baru dari kalangan remaja. Ini merupakan sukses besar bagi kami dalam memastikan transfer nilai-nilai budaya sekaligus menangkal potensi penyimpangan sosial,” jelas Zamroni.
Kini, Grup EL-BATHUL semakin kokoh sebagai pusat kegiatan positif desa, menjadi ruang interaksi antar generasi, dan media efektif untuk menyampaikan pesan moderasi beragama yang menyejukkan. Melalui seni dan budaya, grup ini membuktikan bahwa tradisi lokal tetap relevan dan mampu menjadi benteng sosial yang memperkuat identitas serta harmoni komunitas.(imm)












