KJ, Surabaya – Banyak kebijakan pemerintah dalam penanganan percepatan pandemi Covid-19 yang dinilai cukup membingungkan masyarakat.
Soal larangan mudik misalnya, disatu sisi masyarakat tidak boleh mudik guna mencegah virus Corona, disisi lain boleh mudik dengan pengecualian, sementara disisi lain objek wisata dibuka saat libur lebaran, dan kedatangan pekerja migran asing baik dari China maupun India.
Pemerhati sosial yang juga Direktur Surabaya Hotel School, Bagus Soepomo mengatakan, narasi ‘Larangan Mudik’ ini sangat absurd, karena orang pulang tidak selalu mudik.
Misalnya, jelas Bagus Soepomo, seperti pekerja migran dimana para pekerja migran belum tentu enam bulan bahkan satu tahun sekali mereka belum tentu bisa pulang kampung.
“Pekerja migran atau transmigrasi yang pulang ke rumahnya apakah ini dikatakan mudik, mereka pulang merupakan suatu bentuk tanggung jawab kepada keluarga nya.”ujarnya di Surabaya, Selasa (11/05/21).
Bagus Soepomo menambahkan, belum lagi dampak dengan ‘Larangan Mudik Lebaran 2021’ disektor moda transportasi Antar Kota Antar Provinsi, mayoritas bus luar kota banyak yang stag tidak beroperasi sementara karena tidak adanya penumpang.
“Lantas bagaimana kehidupan para pekerja supir bus yang terhenti sementara karena kebijakan ‘Larangan Mudik’, mereka juga punya keluarga yang harus dihidupi. Ini pemerintah harus bertanggung jawab.”tegas Bagus Soepomo.
Dirinya kembali mengatakan, larangan mudik tidak menjamin menurunnya jumlah kasus Covid-19, belakangan bahkan jumlah kasus terus meningkat, dan lagi-lagi masyarakat yang disalahkan dengan menilai banyak masyarakat yang sudah tidak disiplin terhadap Protokol Kesehatan.
“Jadi kembali masyarakat yang selalu objek salah selama masa pandemi Covid-19 ini. Apakah pemerintah mohon maaf mau mengalihkan tanggung jawab meski masyarakat sudah patuh tidak mudik, namun kasus pandemi Covid-19 tetap saja meningkat, toh tetap saja masyarakat yang disalahkan.”tuturnya.
Ia menilai, rakyat selalu dalam posisi dilemahkan selama masa pandemi Covid-19 menghantam negeri ini. Sama halnya seperti pegawai atau karyawan dalam sebuah perusahaan, mesti pegawai yang disalahkan oleh atasannya atau bos nya.
Artinya begini, tegas Bagus Soepomo, alangkah lebih bijaksananya jika pemerintah dalam menyikapi mudik lebaran di masa pandemi ini lebih bersifat himbauan, bukan larangan.
Maksudnya begini, tambah Bagus Soepomo, narasi nya ‘Tolong Jangan Mudik dengan waktu yang Bersamaan dengan pemudik lainnya, karena bisa menimbulkan kerawanan kasus baru Covid-19’.
Jadi bersifat himbauan saja bukan larangan mudik, sebenarnya intinya di Protokol Kesehatan atau Prokes, kenapa pemerintah bicara nya jadi soal mudik?.
Jadi, kata Bagus Soepomo, jika masyarakat bersamaan mudik bareng sehingga muncul kerumunan, ya seharusnya pemerintah membantu masyarakat, bagaimana agar tidak terjadi penumpukan pemudik, itu kan semua bisa diatur.
Contoh, kata Bagus Soepomo, seperti Mall yang tetap beroperasi namun prosedur keluar masuk Mall, kapasitas pengunjung bisa diatur sedemikian rupa agar Prokes tetap dijalankan pengunjung Mall.
“Bagitu juga dengan pemudik kan bisa diatur, misalnya kapasitas bus penumpang nya dibatasi hanya 50% saja dari total jumlah kursi bus.”terangnya.
Bagus Soepomo kembali mengatakan, masyarakat kita ini adalah majemuk, artinya masyarakat dengan latar belakang profesi dan pekerja yang beragam, ada juga yang disektor formal. Tapi disekor formal bisa saja semua diatur oleh perusahaan, misal selama masa pandemi perusahaan bisa mengatur masa liburnya karyawan, jadi tidak tumplek blek libur bersamaan.
Nah narasi soal larangan mudik, tambahnya, bahkan pemerintah juga memperbolehkan mudik dengan pengecualian seperti ada duka kematian, keluarga saki, ibu hamil, nah ini yang bikin masalah jadi bingung masyarakat.
“Jadi kata pengecualian mudik lebaran bisa multi tafsir di masyarakat, jadi tolong pemerintah jangan membuat bingung masyarakat, sebaliknya dalam kondisi susah seperti saat ini seharusnya kebijakan pemerintah justru yang bisa meringankan rakyat, bukan sebaliknya memberatkan rakyat.”ungkap Bagus Soepomo.(Adv/Trs)